Sihir itu ditolak, Mengapa para Nabi Dianggap penyihir?

 



Oleh:

Idham Okalaksana Putra

 

            Abu Lahab paman Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, kala penolakan terhadap beliau melancarkan hasutan kepada penduduk Thoif untuk menolak ajakan keponakannya yang nantinya akan mendatangi Kota Thoif kala itu.  Abu Lahab tau bahwasanya keponakannya akan mendatangi Thoif untuk mendakwahkan Islam di kota tersebut.  Karena jaraknya cukup jauh Abu Lahab segera bergegas dengan kudanya menuju Thoif untuk menghasut penduduk Thoif untuk tidak menerima apa yang nantinya akan disampaikan keponakanya tersebut.  Dia mengatakan kepada para pembesar Thoif, bahwa keponakannya yang nantinya akan datang beberapa hari lagi adalah seorang penyihir.

Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam,  kala itu berjalan kaki menuju Thoif sehingga yang datang terlebih dahulu adalah Abu Lahab pamannya. Lalu mengapa Nabi Muhammad harus berdakwa di Kota thoif? Apa kisah perjalanan Beliau ke Thoif?, Mengapa judul ini berkaitan dengan Sihir dan penyihir?,  Insha Allah akan penulis jawab dalam beberapa lembar halaman berikutnya.

Bismillahirrahmanirrahim.

Tulisan ini terinsiprasi dari apa yang didakwahkan dalam serial Sifat-sifat emas Rasulullah yang disampaikan oleh Al-Ustadz Khalid Bassalamah.  Dari apa yang beliau paparkan penulis sampai pada sebuah kesimpulan bahwa apa yang dialami para Rasul yang Allah utus hampir semuanya dikatakan oleh para penentangnya yakni para utusan Allah itu adalah serang penyihir.  Padahal semua Nabi bukan penyihir, apa yang dibawanya adalah sebuah kebenaran dan bentuk keajaiban yang Allah berikan pada setiap Nabi adalah Mukjizat, yaitu sebagai hal yang menolak dari apa yang menjadi adat, dan juga sebab akibat yang biasanya dilakukan oleh manusia.  Karena Mukjizat adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Buya Hamka dalam tuisan beliau di buku Pelajaran Agama Islam, pada sub bab nabi-nabi dan mukjizat halaman 190, yakni perkara-perkaran yang merobek adat kebiasaan, diluar ukuran hukum sebab akibat, sehingga lelahlah akal buat memutuskannya, padahal dia menjadi kenyataan.  Ya ini dia definisi yang dapat penulis tuliskan kembali dari apa yang sudah ditulis Buya Hamka, yang menjadi motivasi bagi penulis untuk menulis tulisan ini.

Sihir dan mukjizat adalah hal yang sangat berbeda, namun ketetapan yang diperlihatkan oleh para tukang sihir hanyalah mengecoh mata manusia yang melihatnya, sedangkan mukjizat adalah kejadian asli dan nyata yang tidak mengecoh pandangan manusia, namun sebagai hal yang nyata dan terjadi.  Sebagai bukti atas kekuasaan Allah yang diberikan kepada Nabi dan Rasulnya yang menyapaikan risalah kebenaran.

Beberapa contoh mukjizat yang nyata kepada para utusan Allah, adalah Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa, Ibrahim, Sholeh, Isa, dan Rasulullah Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam yang mana Nabi Musa diberikan tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar yang memakan seluruh ular-ular sihir yang dilemparkan para penyihir di zaman Fir’aun, Nabi Ibrahim yang tidak terbakar oleh besarnya api yang menyala di kala dilemparkan oleh para tentara Namrud, Pada kaum Tsamud yang di utus Nabi Sholeh, dimana keluar Unta betina dari Batu, Nabi Isa yang dengan usapannya dapat menyembuhkan penyakit lepra, kebutaan dan juga membangkitkan orang yang baru saja mati untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, dan juga terbelahnya bulan sebagai pembuktian kepada kaum kafir Quraisy dan Al Qur’an sebagai Mukjizat terbesar yang dapat kita ambil pelajaran darinya sampai saat ini digenggaman kita semua.

Beberapa hal tersebut adalah kekuasaan Allah yang diberikan kepada para Nabi dan RasulNya untuk meyakinkan bahwa Allah memang benar-benar satu-satunya Illah yang berhak disembah, dan semua ketetapan yang Allah tunjukkan merupakan kebanaran yagn mutlak kepada seluruh makhluk cipataanNya.  Berbeda jauh dengan sihir, karena hanya tipuan belaka yang semuanya juga terjadi karena izin Allah.  Dari situ maka benarlah, bahwa tipuan, kebohongan dan juga pembodohan yang dilakukan tukang sihir  dalam bentuk sihirnya secara akal dan pemahaman manusia akan tertolak.  Maka dari itu keburukan ataupun kejelekan yang diemban oleh para tukang sihir dan sihirnya sangat tidak diterima oleh manusia normal, begitu juga Abu Lahab dan masyarakat kafir Quraisy kala itu, dalam hal ini juga termasuk penduduk Thoif.

Sungguh aneh sihir yang benar-benar menyesatkan ditolak, namun mukjizat Al Quran juga ditolak.  Karena penyebutan tukang sihir yang disematkan oleh Abu Lahab kepada keponakkanya Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, merupakan hal yang sangat kontra dengan kebenaran.  Kebencian yang melekat pada negeri arab kala itu bahwa tukang sihir adalah pembodohan dan kekejian.   Namun dari mereka masih ada yang percaya dengan sihir tersebut, padahal sudah ditampakkan mukjizat terbelahnya bulan kala itu, namun mereka tetap saja menyebutnya sihir dan itu pula yang dialami para nabi yang juga menampakkan kekuasaan Allah berupa mukjizat yang diberikan, namun mereka yang melihat tetap saja kafir dan menolaknya. Lalu dengan apa lagi harus dibuktikan?  Memang benar, segala kebenaran yang ditampakkan bagi mereka yang membenci, pasti ujungnya adalah penolakan.

Penduduk Thoif kala itu juga tidak mau kalau ada penyihir yang masuk ke tempatnya, maka hasutan Abu Lahab bahwa akan datang keponakannya Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam yang dituduh sebagai tukang sihir membuat penduduk Thoif terhasut dan tidak mau menerima kedatanganya.

Maka dari itu sihir pasti akan ditolak oleh semua orang kala itu karena menyesatkan dan membodohi, maka seharusnya mereka menerima Mukjizat sebagai bentuk kebenaran yang mutlak benar dari Allah yang Maha Benar, namun masih banyak yang menolak kebenaran tersebut.  Dari tulisan ini penulis ingin menyampaikan dari apa yang Ustadz Khalid sampaikan dalam sebuah cerita perjalanan Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam   menuju Thoif bahwa perjuangan membela Agama Allah itu penuh dengan rintangan dan penolakkan, maka teruslah menyampaikan kebenaran dan serahkan hasilnya pada Allah Subhanahu Wata’ala.

Berikut kisahnya:

Setelah kurang lebih hamper 10 tahun atau pas 10  tahun berdakwah di Kota Makkah di tolak dakwah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, dan yang beriman hanya 153 orang, 83 orang hijrah ke Ethiopia karena tersiksa di makkah dan tersisa 70 orang bersama Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam di Makkah.  Yang dilihat Nabi Selma 10 tahun, setiap hari kepada Quraishy di Makkah hanyalah mengatakan bahwa Rasulullah hanyalah ejekan, penyihir,penyamun dan segala macam.  Setiap orang Tanya tentang Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam digebukin, semua orang Makkah membenci Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, ditanamkan oleh tokoh-tokoh Quraishy masalah itu dan orang kalau dari luar bertanya tentang Nabi, digebukin coba kita bayangkan. Maka Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  ingin mencari tempat lokasi baru, pergi mencari lokasi baru, maka yang paling dekat dengan kota Makkah adalah kota Thoif, llau beliau pergi kesana.

Setelah tiba disana, rupanya, karena Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam jalan kaki, Abu Lahab pamannya, paman kandungnya sendiri, tau kalau Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  akan menuju kota Thoif, maka dia lebih dahulu kesana dengan kuda, menunggangi kuda kemudian dia menyampaikan kepada tokoh-tokoh kota Thoif, para pemimpin-pemimpin kota Thoif,Abu Lahab berkata “kalau nanti akan datang beberapa hari kemudian, keponakan saya sendiri itu mengaku Nabi, itu dia pendusta dan dia penyihir, jangan percaya”, maka tentu saja karena Abu Lahab ini tokoh Makkah dan tokoh-tokoh Thoif juga dengar.  Mendengar itu maka yang terjadi saat itu, semuanya menolak.  Begitu Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  tiba mendakwahi mereka yang pertama adalah penolakan.  Tidak cukup sampai disitu.  Tidak hanya ditolak ketika Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  mau meninggalkan kota Thoif, maka pemimpin-pemimpin kota Thoif ini mengatakan kepada masyarakatnya: “Lempari Muhammad dengan batu”.  

Maka semua dari mereka penduduk Thoif pegang batu, yang laki-laki yang perempuan, yang anak kecil, yang orang tua pegang batu dan semuannya  ramai-ramai melempari kaki Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  yang sedang diangkat.  Kita bisa bayangkan sakitnya.  Turun dalam kondisi sudah luka, karena banyak yang melempar batu, satu kota ini, karena kaki kanan dilempari sudah kesakitan diturunkan, yang kiri diangkat dilempar begitu terus samapi beliau keluar dari kota Thoif. Itu satu kota, bukan main-main.  Saya tidak bisa membayangkan bagaimana begitu luar biasanya beliau lapang dadanya Sholallahu ‘Alaihi Wassalam.

Setelah keluar dari pintu gerbang kota Thoif, ditutup pintu gerbangnya, dalam kondisi keringatan disiang hari, panas, luka-luka beliau tidak tahu secara manusia harus kemana?.  Di Makkah di tolak, di Thoif di tolak, pada saat itu betul-betul sudah tidak tahu harus kemana?. Maka beliau lalu duduk disebuah pohon lalu berbicara dengan Allah, Tuhannya. “ Ya Allah kemanakah Engkau arahkan hidupku?. (Karena beliau belum tahu!), ke sebuah masa depan yang belum jelaskah?, atau kemusuh yang akan mengangguku?, (karena di Makkah di tolak, di Thoif ditolak, lalu mau kemana lagi nih?), Tapi kalau seandainya Engkau tidak marah kepadaku Ya Allah.. Aku tidak peduli. (menurut penulis dari kalimat ini artinya: Rasulullah akan siap dengan segala macam hal yang akan Allah berikan).

Maka disaat itu Allah Subhanahu Wata’ala mendengar NabiNya Sholallahu ‘Alaihi Wassalam dan mengutus Jibril bersama malaikat gunung yang mengurus gunung-gunung semuanya dimuka bumi ini,  lalu kemudian kata JIbril : “Hai Muhammad Tuhanmu telah mendengar keluhanmu, dan ketahuilah bersamaku malaikat yang khusus mengurus gunung-gunung.  Perintahkan saja sama dia agar gunung-gunung ini, dua kota ini, Makkah dan Thoif ini semuanya disatuin, hancur lebur sejarahnya dua kota ini!..., Habis ceritanya, karena menolak dakwahmu.  Dan ketahuilah setelah itu dakwahmu tetap tersebar, atau opsi lainya, kau bersabar, berlapang dada dan juga dakwahmu akan tersebar”.

Apa kata Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam  menjawab perkataan Jibril:

“Aku memilih agar aku memaafkan mereka, dan semoga aku berharap Allah keluarkan dari keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah”

Dan Subhanallah betul, satu kota Thoif beriman kepada Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam setelah perang Hunain. Dan keluar dari kota Thoif orang-orang dari Kota Thoid diantaranya yang Mashur adalah Abdurrahman bin Shyokro’ yang terkenal dengan Abu Hurairah, perawi Hadis yang paling banyak menukil Hadis Rasulullah dari kalangan laki-laki.  Dan juga dari Makkah keluar tokoh-tokoh lainya, seperti Ikrimah bin Abu Jahal.

Alhamdulillah itu tadi cerita singkat dari apa yang Ustadz Khalid Bassalamah sampaikan, mengenai sejarah Kota Thoif dan kelapang dadaan Nabi Muhammad terhadap orang-orang yang menyakitinya, beliau tidak mengharapkan kehancuran bafi mereka, namun mendokan mereka semua agar nantinya beriman kepada Allah dikemudian hari.  Dan masih banyak kisah-kisah lainya yang bisa para pembaca saksikan di channel you tube beliau mengenai berbagai macam kisah dan nasehat beliau.

Selanjutnya dari kisah ini kebenaran akan dibencinya seorang penyihir adalah benar. Namun masih banyak juga dari kalangan kita dan orang-orang terdahulu mempercayai sihir.  Padahal sihir sendiri itu benar-benar di tolak, namun mengapa kebenaran dalam Mukjizat tidak diterima?, maka penolakan akan kebenaran didasari atas kebencian, kesombongan, dan utama adalah urusan dunia.

Penyihir dan sihirnya dalam kaca mata manusia merupkan hal yang tidak pantas, penipu dan menyesatkan.  Sedangkan Mukjizat adalah sebuh kebenaran, petunjuk, jalan pembuktian kebenaran Allah yang ditunjukkanNya kepada manusia yang ingkar agar mereka kembali beriman.  Namun apakah setelah pembuktian Mukjizat itu banyak orang-orang beriman?, sangat sedikit sekali yang mendapatkan hidayah itu.  Semua kita semua mendapatkan hidayah tersebut dengan tetap mengimani, mengambil pelajaran dari Mukjizat yang ada hingga hari ini yakni Al-Quran.

Orang yang tidak beriman menolak sihir, sehingga tiba orang yang dianggap penyihir itu datang kepada mereka dari seorang tokoh, maka mereka benar-benar percaya dan melempari batu kepadanya.  Sejatinya mereka tidak suka, benci, dan tidak mau kepada penyihir dan sihir.  Jika sihir ini saja ditolak, maka segala macam kesesatan lainya haruslah ditolak.  Jika tidak maka hanya sekedar bualan belaka, mengatakan tidak kepada sihir kepada orang lain, namun dirinya percaya sihir. Menghasut orang lain untuk tidak percaya pada sihir dan penyihir, namun dirinya sendiri mengimani sihir. Yang benar akan selalu menampakkan kebenaran, walau dengan perjuangan hingga keluar darah, namun kebathilan dan kejahatan akan sirna dengan sendirinya.  Karena manusia sejatinya tidak suka pada kerusakan dan lebih suka dengan perdamaian dan keindahan.

Maka dari itu para Nabi yang diakatan sebagai penyihir oleh kaumnya adalah bentuk kebencian dari dalam diri mereka sendiri, ataupun karena kesombongan dari dalam dirinya.  Namun jika Allah berikan hidayah, semua orang dapat mendapatkanya, dengan berbagai macam cara, hidayah itu akan sampai.  Maka tugas kita semua hanyalah sebagai penyampai kabar berita tentang adanya Allah yang haq untuk disembah, adanya hari akhirat, surga dan neraka dan lain sebagainya, yang semata-mata kita lakukan tulus hanya untuk berkhidmat kepada Allah dan hasil akhirnya kita serahkan kembali padanNya.

Apabila kita mengalami kejadian seperti Rasulullah dengan dianggap penyihir dan lain sebagainya, maka sudah sangat dekat pertolongan Allah dan kemenangan yang akan Allah berikan.

Hadanallah Waiyyakum

Wassalamualaikum

Blitar, 31 Oktober 2024, Kamis pagi, jam 09.26

Di dalam kamar anakku. Sambil mendengarkan kajian Ustadz Khalid Bassalamah.  Semoga Allah mengampuni Aku dari segala macam kemaksiatan yang aku lakukan dan menutupinya dengan memperbanyak amalan kebaikan, dan terus istiqomah dalam ketaatan sampai maut datang.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Iman itu beramal saleh

Iblis merupakan salah satu makhluk yang Allah ciptakan dari bahan dasar api.  Inggris merupakan makhluk yang sangat taat di kalangan para ma...