Apa Syarat menjadi sosok pemimpin Ala Nabi Sulaiman ?

 



Oleh : Idham Okalaksana

Nabi Sulaiman adalah anak dari seorang nabi yang bernama Daud, keduanya merupakan Nabi Allah yang mulia degan segala hal yang diberikan Allah pada mereka.  Antara anak dan orang tua menjadi nabiyullah, ini merupakan hal yang luar biasa.  Kisah para nabi Allah berbeda-beda antara satu dan lainya, namun kita yang beriman wajib mengimani seluruh nabi yang Allah kabarkan ceritanya melalui kabar yang disampaikan dalam Al Quran dan juga Al Hadist.  Adanya hubungan antara anak dan ayah yang menjadi nabi juga terjadi pada Ayah dari seluruh para nabi yakni Ibrahim Alaihissalam.  Nabi Ibrahim sebagai ayah atau bapak dari para nabi juga melahirkan anak yang keduanya menjadi Nabi, dan begitu pula seterusnya hingga nabi Muhammad Sholallhu A’laihi Wassalam.

Pada banyak cerita mengenai perjalan dan dakwah para nabi dan rasul Allah, kita mengetahui tentang bagaimana cara mereka berdakwah, mengenal Allah, mukzizat, musuh-musuhnya, dan segala hal yang sudah diinformasikan dalam Al Quran dan Al Hadist.  Dari kisah-kisah yang sudah kita dapatkan pasti kita yang membaca, memahami, mendengar dan merasakan dari apa saja kabar yang sampai pada kita akan terkagum-kagum dengan perjuangan semua nabi tersebut.  Pada beberapa momentum kita juga bisa membayangkan betapa dahsyatnya ujian yang mereka emban untuk mendakwahkan dan mengenalkan Allah pada kaumnya.  Terlebih lagi Nabi kita Muhammad yang tidak hanya pada kaumnya saja, namun bagi seluruh alam.  Selain dari kisah yang menyayat hari, Allah juga memberikan kabar gembira bagi para Nabi dan RasulNya dengan memberikan mereka kemuliaan berupa mukzizat yang langsung Allah berikan sebagai tanda kekuasaNya untuk melemahkan musuh-musuhNya.  Dan kisah-kisah para nabi bisa pembaca simak dalam karya tulis, video , maupun ceramah para Ustadz yang membahas mengenai tema tersebut.

Penulis ingin sedikit berbagi mengenai apa hikmah dalam kisah Nabi Sulaiman. Nabi yang satu ini memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam surat An-Naml banyak mengutip kisah perjalanan beliau sebagai seorang Raja, yakni Raja yang tidak pernah ada bentuk kekuasaanya dari zaman sebelum dan sesudah beliau.  Beliau satu-satunya raja yang memiliki bala tentara yang sangat komplit, mulai dari tentara manusia, hewan, angin,dan jin.  Keistimewaan yang diberikan Allah untuk Nabi Sulaiman sungguh luar biasa.

Selain dapat berbicara dengan hewan, Nabi Sulaiman juga memiliki peranan yang sangat luar biasa dalam hal mengatur, mengelola dan mendidik bala tentaranya.  Hal ini Allah kisahkan dalam surat An-Naml.  Surat ini memiliki arti “Semut”, yaitu surat yang susunanya berada di urutan ke 27 dalam Al Quran yang didalamnya terdiri dari 93 ayat dan diturunkan di Makkah atau disebut dengan surat Makkiyah.  Dalam surat ini kita akan sangat kental dengan kisah Nabi Sulaiman dengan semut.  Kisah itu dapat kita baca 18 dan 19 yang setiap kali membacanya akan mengucapkan Masha Allah, Alhamdulillah yang mana kita dapat secara langsung menggambarkan kisah seorang nabi yang mulia dan segala cerita yang mengandung hikmah dan ilmu pengetahuan didalamnya.

Penulis dalam hal ini akan sedikit mengupas mengenai peranan seorang Nabi Sulaiman sebagai raja dengan begitu mewah, luas, dan besarnya istana beliau ditambah tentara beliau dari kalangan manusia, hewan dan juga jin yang beliau atur sedemikian rupa.  Mengatur, mendidik, dan juga memimpin bawahaan beliau yang sedemikian banyak ini memerlukan sebuah cara tersendiri agar siapa saja yang dipimpin dapat merasakan keadilan, kesetaraan, kemakmuran, dan kemaslahatan yang dapat dirasakan oleh siapa saja dari semua golongan tersebut.  Maka seorang raja yang bernama Sulaiman selain sebagai Nabiyullah juga sebagai seorang pemimpin yang bijaksana yang dapat memimpin siapa saja yang dipimpinya dengan baik.

Dari sini kita bisa menjadikan contoh prilkau nabi Sulaiman dalam memimpin bala tentaranya yang amat banyak tersebut.  Pertanyaanya “Apa saja syarat menjadi pemipin ala Nabi Sulaiman?”, Insha Allah kita akan bahas. Dimulai dari pembahasan mengenai pemimpin, sebagai seorang pemimpin “Apa saja hal yang mendasar yang harus dimiliki seorang pemimpin?.” Mari kita jawab dari informasi yang sudah dijelaskan dalam surat An Naml ayat 15 sebagai berikut:

1.      Ilmu. Sebagai seorang pempimpin wajib berilmu. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمٰنَ عِلْمًاۗ

“Sungguh, kami benar-benar telah menganugrahkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman”

 

Ilmu adalah dasar utama dari seorang untuk bisa memimpin siapa saja yang dipimpinya.  Degnan ilmu dia akan mengtahuia apa saja yang menjadi pokok-pokok dasar menjadi seorang pemimpin, bagaimana cara memimpin yang baik, memimpin dengan amanah dan lain sebagainya, maka dibutuhkan ilmu untuk menjawab pertanyaan tersebut.  Seorang pemimpin adalah pendidik yang baik, yang mengetahui tingkat kemampuan setiap orang yang dipimpinya.  Sebagai pemimpin juga harus bersikap baik dan santun, karena setiap kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di yaumul mahsyar.

Semua ilmu yang dibutuhkan dalam hal memimpin perlu dipelajari dengan banyak membaca dari berbagai literatur maupun dari pengalaman para pemimpin-pemimpin terdahulu.  Dari mengikuti contoh-contoh dari para pemimpin yang bijak dan baik tersebut, seorang pemimpin yang ingin memimpin akan mempunyai banyak referensi yang nantinya dapat diterapkan dalam kepemimpinanya nanti.  Jika seorang pemimpin acuh akan mencari ilmu kepemimpinan, maka yang ada adalah sikap angkuh, acuh, tak terkontrrol dan berbagai macam kerusakan yang rimbul karena pemimpin tersebut tidak mengetahui landasan ilmu dalam memimpin dan juga ilmu-ilmu lainya yang mendukung dia untuk bisa memimpin, memecahkan masalah, memberi solusi dan mendidik siapa saja yang dipimpinya.  Maka dari itu Allah menganugrahkan kepada Nabi Daud dan Sulaiman ilmu yang dari padanya mereka berdua dapat menjalankan kepemimpinanya dengan baik dan bijak.  Selanjutnya dari potongan ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa setelah mencari, mendapatkan dan mengamalkan ilmu yang didapat, maka sebagai pemimpin wajib mengucapkan kesyukuran pada Allah atas apa yang didapatkanya.  Dengan bentuk ucapan syukur dan kepasrahan seorang pemimpin pada Allah, menjadikan seorang pemimpin tidak akan sombong dengan apa yang sudah Allah berikan, karena mereka meyakini bahwa semua nikmat yang diberikan berupa kepemimpinan, kemewahan harta benda, pasukan yang banyak dan berbagai macam nikmat lainya, semata-mata semua itu adalah atas pemberian Allah.  Maka dari itu mereka yang menjadi pemimpin akan selalu mengingat bahwa amanat sebagai seorang pemimpin akan dipertanggung jawabkan.

2.      Tabligh / Menyampaikan, sebagai seorang pemimpin wajib menyampaikan, memberi kabar tentang peringatan, ancaman dan kabar berita bagi seluruh orang yang dipimpin, hal ini disampaikan dalam surat An Naml ayat 16, Allah berfirman:

وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ

“Dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu.

 

Dalam ayat ini Nabi Sulaiman menyerukan kepada manusia atau orang-orang yang dipimpinya, bahwa Nabi Sulaiman telah  diajari oleh Allah tentang bahasa burung dan juga dianugrahi segala sesuatu yang mendukung dalam hal kepemimpinanya baik berupa kekayaan dan kekuasaan.  Hal ini menandakan bahwa bahwa kepemimpinan adalah hal yang Allah berikan sebagai amanah.  Bukan mencari-cari untuk bisa menjadi pemimpin atau memaksakan menjadi pemimpin, karena kepemimpinan lahir dari sebuah amanah yang dititipkan padanya, dan dia siap menerima titipan amanah tersebut dengan segala resiko baik kebaikan dan keburukan yang nantinya akan dihadapi.

Sebagai pemimpin harus dituntut untuk menyampaikan segala sesuatu yang sudah diberikan padanya dengan terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi, semua jelas dan terang.  Ketika ada hal-hal yang disembunyikan maka, dia belum layak menjadi pemimpin.  Dalam konteks lain pemimpin dapat memberikan informasi kepada bawahanya dengan cara yang baik, jelas, runtun, terstruktur, mudah dipahami dan dicerna, agar apa saja yang disampaikan tidak menimbulkan salah sangka dan miss information  dari mereka yang menerima informasi tersebut.  Maka dari itu ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman benar-benar telah menyampaikan informasi kepada manusia yang dipimpinya akan anugrah yang diberikan Allah padanya, sehingga tidak layak dan tidak pantas untuk sombong dengan apa yang dititipkan.   Sehingga pada penutup ayatnya, Nabi Sulaiman berkata bahwa segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah padanya adalah benar-benar karunia yang nyata.  Dari penjabaran ini jelas, bahwa semua yang diberikan kepada pemimpin untuk memimpin adalah sebuah karunia yang benar-benar datangnya dari Allah, bukan dari kemampuan dirinya sendiri, golonganya atau dari kerabatnya.

3.      Dapat mengatur dengan tertib.  Pemimpin wajib bisa mengatur semua orang yang dipimpinya dengan tertib, baik dalam barisan saat upacara, administrasi, kegiatan, dan segala macam aktivitatas disaat seorang pemimpin bawahanya.  Apabila ada yang tidak tertib, melanggar, menyalahia aturan dan sejenisnya, maka pemimpin wajib berani untuk menertibkanya.  Tidak ada pemimpin yang takut dengan bawahanya, takut tidak disukai, takut dibenci, dan takut-takut lainya, karena resiko itu semua harus diterima agar siapa saja yang dipimpinya dapat melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.  Mengatur dan juga menertibkan dalam proses kepemimpinan sudah Allah jelaskan diayat berikutnya yakni pada ayat ke 17 Surat An Naml Allah berfirman:

وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ

Untuk Sulaiman dikumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib”.

Nabi Sulaiman dianugrahi kemampuan mengatur dan menertibkan bala tentaranya dari Jin, Manusia dan Burung adalah bukti bahwa beliau memang diberikan kemampuan untuk melakukan hal tersebut, namun semua itu karena perintah Allah pada semua tentara tersebut untuk patuh dan taat karena semuanya “dikumpulkan”, siapa yang bisa mengumpulkan tentara dari semua golongan tersebut?, jawabanya adalah Allah.  Bukan Nabi Sulaiman, karena beliau tidak mempunyai kuasa untuk menundukkan tentara yang sebegitu banyaknya dari golongan jin, manusia dan burung tanpa izin Allah.  Yang bisa menundukkan semuanya adalah Allah, dan Nabi Sulaiman hanya diberi amanat untuk mengatur dan menertibkan mereka semua.  Maka segala kejadian yang ada di dunia ini, semua atas kehendak dan izin Allah semata.

Perintah untuk dapat mengatur dan menertibkan tentara yang beliau miliki adalah salah satu bentuk dari keahlian yang harus dimiliki seorang pemimpin.  Dia akan bersikap tegas untuk mengatur dan menertibkan bawahanya agar selalu sesuai degan koridor atau tata tertib yang berlaku.  Jika ada kesalahan dan ketidakberesan, pemimpin wajib membenarkanya dan mengokoreksinya agar berjalan sesuai degan tatanan yang ada.  Mengatur dan menetibkan orang yang menjadi bawahanya perlu sebuah pendekatan dan cara tersendiri.  Selanjutnya paling utama adalah memohon kepada Allah untuk memudahkan pelaksanaanya.  Karena sebagitu baiknya perencanaan untuk mengatur dan menertibkan orang yang dipimpin, jika tidak diizinkan oleh Allah, maka itu hanya sbeuah perbuatan yang sia-sia.  Jadi pemimpin harus melibatkan segala urusan yang mau dijalankan dengan bersandar kepada Allah semata.

4.      Peka (mudah merasa)  dalam kondisi apapun.  Setiap kejadian yang dilalui oelh setap pemimpin akan mendatangan sebuah timbal balik dari masyarakat yang dipimpinya, baik timbal balik itu berupa pujian atau celaan.  Maka setiap pemimpin wajib sadar, bijak dan adil dalam menghadapi setiap kejadian yang dihadapinya.  Dalam ayat ke 18 surat An Naml, kepekaan Nabi Sulaiman dijelaskan oleh Allah dalam firmanya:

حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

“Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

 

 Dalam ayat ini banyak pelajaran yang dapat kita petik, yaitu sebagai pemimpin wajib untuk:

a.                   Mengetahui kondisi dari orang-orang yang dipimpin

b.                  Bersikap lemah lembut pada setiap orang yang dijumpainya

c.                   Memberikan perlindungan untuk mengamankan pasukanya jika terjadi hal-hal yang berbahaya.  Hal ini dicontohkan Ratu semut dalam kisah tersebut.

Maka dari itu setiap pemimpin wajib memiliki kepekaan terhadap berbagai macam kondisi dan situasi yang sedang dihadapi.  Jika ada kendala dapat memberikan solusi, jika tidak dapat, maka pemimpin dapat melakukan musyawarah dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.  Kita ketahui bersama bahwa manusia mempunyai kelemahan, dan setiap pemimpin pasti tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan dengan solusi yang dia miliki, maka dari itu butuh kolaborasi dengan pihak lain, agar terjalin komunikasi yang baik, dan juga mau berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat memberikan solusi yang baik dan benar pada permasalahan yang dihadapi.  Keterbukaan seorang pemimpin jika dia tahu bahwa dirinya mempunyai kekurangan adalah sebuah keniscayaan, maka dari itu bantuan dari mereka yang berkompeten dan ahli pada bidangnya masing-masing dibutuhkan oleh seorang pemimpin agar keputusan yang diambil dari kepemimpinanya sesuai dengan ilmu, tata krama, norma,etika dan kemaslahatan yang berlaku disetiap tatanan kehidupan orang yang sedang ia pimpin.

5.      Senyum. Dengan kemampuan yang Allah berikan kepada beliau, maka Nabi Sulaiman dengan mudah mengetahu bahasa semut yang sedang mempersiapkan diri untuk masuk kelubang semut.  Selanjutnya beliau tersenyum mendengar apa yang diberitakan ratu semut kepada para bala tentaranya untuk masuk kesarang.  Sebagaimana dalam ayat 19 surat An Naml Allah berfirman:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا

Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu”. 

Senyum adalah ungkapan diraut wajah yang menggambarkan suasana gembira dan riang.  Rasulullah berpesan bahwa senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh.  Membuat orang senang dan bahagia cukup dengan senyuman yang paling indah yang kita tebarkan kepada siap saja yang kita temui, maka akan meimbulkan kebahagian dihati mereka yang menerima senyuman tersebut. Sebagai seorang pemimpin selalu tersenyum ketika mendapat kabar baik dan buruk dari orang yang dipimpinya selanjutnya bersyukur atas nikmat tersebut.  Jika perkara itu buruk, maka divalidasi dan dipecahkan dengan memberikan solusi sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi degan bijak dan baik.

Contoh teladan dari Nabi Sulaiman sebagai seorang raja dan juga pemimpin tersenyum ketika melihat kejadian yang nampak didepanya.  Sebuah kesyukuran yang beliau ungkapkan karena dapat dengan jelas mendengar percakapan semut, sehingga beliau berdoa dengan tulus, bahwa semua kenikmatan ini datang dari Allah, semua nikmat ini bersumber dari Allah, dan beliau memohon agar dimasukkan kedalam orang-orang yang sholeh dengan rahmat yang Allah berikan.  Hal ini menandakan bahwa apa yang kita usahakan agar termasuk dalam golongan orang-orang yang sholeh, bukan dari apa yang sudah kita kerjakan untuk mendapatkanya, tetapi semata-mata semua itu berkat rahmat Allah sehingga kita memohon agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang sholih.

Nabi Sulaiman sebagai seorang praja dan pempimpin seagaimana mana doa yang dipanjakatnya mengatakan bahwa :

وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Sebagaimana yang sudah disinggung diatas bahwa agar ita digolongkan dalam orang-orang yang sholeh, semua amal perbuatan kita untuk menuju level tersebut harus didasarkan bahwa karena semua itu berkat Rahmat Allah, bukan dari usaha kita.  Dalam hal ini Nabi Sulaiman juga memberikan informasi kepada saya, pembaca, dan kita semua, bahwa doa yang ditujukan selain untuk diri kita juga untuk orang tua kita.  Apa yang sudah kita raih dan dapatkan selain campur tangan Allah, juga ada campur tangan kedua orang tua kita.  Ini merupakan doa dari Nabi Sulaiman yang kita tidak pernah melihat bagaimana paras beliau , kekayaan beliau,  tingkah laku beliau, dan semua yang beliau lakukan, namun kita sudah diberikan informasi dan kabar yang luar biasa itu dari Al Quran., yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Sholallahu A’laihi Wasallam.  Dan semoga kita juga Allah pertemukan, dengan memberikan kesempatan untuk melihat Rasulullah dan bersama Rasulullah di SurgaNya.

Alhamdulillah kita masih diberikan nikmat menjadi orang-orang yang dimudahkan dalam membaca,mempelajari,dan mengamalkan isi Al Quran, sehingga kabar ghaib maupun nyata dari orang-orang terdahulu dan akan datang sudah sampai kabarnya kepada kita semua.  Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang layak kita dustakan?, tidak ada.  Kita harus selalu menysukuri atas segala nikmat yang Allah berikan.

Dan terakhir Nabi Sulaiman dari doa tersebut menjelaskan bahwa rahmat yang diberikan Allah baginya dan untuk orang tuanya selalu bisa lakukan secara tersu menerus degan berpedoman bahwa segala kebajikan yang dilakukan adalah pekerjaan yang dilakukan yang semata-mata mengharap ridho Allah Subhanahu Wata’ala. 

6.      Disiplin.  Seorang pemimpin wajib memiliki kedisiplinan yang tinggi aik terhadap dirinya sendiri dan orang yang dipimpinnya.  Ketika disiplin tidak lagi melekat pada seorang pemimpin, maka siapa yang menjadi role model  orang yang disegani?.  Disiplin akan membuat segala kegiatan dan rencana yang akan dilaksanakan akan berjalan sesuai dengan ketetapan dan waktu yang sudah ditentukan.  Bersikap bijak dalam mengelola waktu untuk tetap menjaga disiplin dalam segala hal, akan membuat semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Bila tidak maka pasti pekerjaan akan molor, dan bahkan bisa tidak terselesaikan.  Faktor disiplinini Allah jelaskan pada ayat ke 20 surat An Naml yakni:

وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ اَرَى الْهُدْهُدَۖ اَمْ كَانَ مِنَ الْغَاۤىِٕبِيْنَ

Dia (Sulaiman) memeriksa (pasukan) burung, lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hudhud? Ataukah ia termasuk yang tidak hadir?

 

Peristiwa ini terjadi seperti Inspeksi barisan saat akan upacara atau peperangan.  Sudah menjadi hal yang wajar jika pemimpin mengabsen siapa saja pasukan yang hadir dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan mengabsen tersebut sejatinya pemimpin sayang dan peduli dengan orang yang dipimpinya, dan juga dia memperhatikan orang yang dipimpinya.  (Dalam kata lain seperti poin sebelumnya yakni Peka)

Ketika ada yang tidak hadir dalam sebuah rapat atau pertemuan penting, maka pemimpin dengan wewenangnya berhak menanyakan pada steman sejawatnya mengenai ketidak hadirannya.  Mengecek, mengontrol dan mengevaluasi adalah pekerjaan pemimpin agar semua yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan.  Sehingga dapatlah suatu pelajaran bahwa tidak hadir dalam acara besar yang dihadiri oleh pemimpin adalah kesalahan besar.  Walaupun nantinya diayat berikutnya burung Hud-hud yang tidak hadir tersebut memberikan alasanya.  Namun sebagai orang yang dipimpin kita wajib taat terhadap apa yang sudah menjadi ketatapan dari disiplin yang berlaku.

Sebagai seorang pemimpin wajib memeriksa siapa yang yang menjadi tanggung jawab yang dipimpinya, sehingga ketika menemukan hal yang janggal dapat menanyakan sebagai bentuk kepedulian, dan juga memberikan sangsi atau perhatian jika ada hal yang membuat orang yang dipimpin itu tidak hadir dalam suatu acara besar.  Selain itu bukan hanya dalam acara saja, namun pemimpin juga wajib memeriksa keadaan dan kondisi orang yang dipimpinya, agar pemimpin mengetahui apa saja masalah yang sedang terjadi, sehingga kepekaan terhadap suatu permasalahan dan prilaku untuk menyelesaikan akan muncul.  Jika pemimpin untuk hadir, atau memeriksa bawahanya tidak mau dan enggan, bagaimana pemimpin itu tahu mengenai peristiwa dan kejadian yang sedang terjadi?.

Maka dari itu disiplin dengan melakukan pemeriksaan kepada seluruh orang yang dipimpinya merupakan bentuk kepedulian dan kepekaan yang timbul dalam jiwa seorang pemimpin.  Agar dengan kedisiplinan tersebut segala bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan terget yang sudah ditentukan.

7.      Hukuman dan Hadiah.  Dalam hal ini hanya konsep hukuman yang sedang diuraikan, namun hadiah juga masuk dalam hal yang harus dilakukan oleh pemimpin, karena jika salah harus dihukum dan jika berprestasi diberikan hadiah.  Dalam ayat ke 21 surat An Naml Allah berfirman:

لَاُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيْدًا اَوْ لَاَا۟ذْبَحَنَّهُٓ اَوْ لَيَأْتِيَنِّيْ بِسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍ

Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.”

Pemberian hukuman atau sanki pada mereka yang melanggar wajib dilaksankan, agar mereka dapat bertindak secara disiplin dan taat pada peraturan yang berlaku.  Sehingga hukuman juga berlaku pada pemimpin jika dia bersalah.  Pada ayat ini Nabi Sulaiman memberikan keterangan yang sangat tegas, bahwa jika tidak ada kabar yang jelas.  Hukuman yang diterima bagi mereka yang tidak berdisiplin dan patuh selayaknya adalah hukuman yang membuat jera, karena jika tidak akan mengulang dan menjadi sebuah tabiat untuk datang telat atau tidak hadir.  Fungsi dari hukuman bukan untuk menakuti, tapi untuk  berusaha belajar berdisiplin dengan diri dan taat  pada aturan yang berlaku disemua aktivitas dan kegiatan yang sedang dijalani.  Hukuman dapat juga berfungsi sebagai cambuk agar selalu berusaha dengan seoenuh hati untuk hadir dan tepat waktu dalam segala kegiatan.  Dengan melati diri untuk selalu berdisiplin, maka yang dapat dirasakan adalah menjadi pribadi yang siap siaga terhadap berbagai kondisi, menjadi orang yang patuh dan taat.  Dan degan kebiasaan itu hasil yang kita dapatkan berupa hadiah dan juga apresiasi.

Dengan menjadi pemimpin yang mengetahui apa saja hak yang harus diberikan bagi mereka yang melanggar dan patuh, maka pemimpin dapat meberikan tauladan yang baik bagi semua, sehingga hukuman yang berlaku dan dilaksanakan akan membuat semua irang yang dipimpinya dapat taat mengerjakanya, namun jia sering berubah, bahkan pemimpin itu sendiri yang melanggar, daat dipastikan seluruh orang yang dipimpinya tidak akan berdisiplin dan taat terhadap peraturan yang ditetapkan.

Pemimpin juga tidak asal menghukum karena keterlambatan atau tidak hadir, perlu adanya tabayun dan kroscek yang mendalam sehingga didaptkan informasi mengenai alasan yang membuat bawahanya tidak hafir atau terlambat.  Jika yang dilakukanya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, maka pemimpin dapat mentolelir ketidak hadiran datau keterlambatan bawahanya.

8.     Bersurat dan berdelegasi.  Setiap pemimpin akan bertemu degan pemimpin lainya dalam kondisi dan waktu yang berbeda.  Dalam mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkan, pemimpin perlu mengolah dan mengkroscek kembali informasi yang didapatkan, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kesalahan dalam mengambil keputusan.

Pemimpin yang bisa membahasakan informasi yang ingin disampaikan kepada lawan bicara atau pemimpin ditempat lain akan dapat membantu dalam interaksi yang nantinya akan terjalin, sehingga keputusan yang akan dijalankan akan valid.

Kisah berkirim surat Nabi Sulaiman menerima informasi dari burung hud-hud perihal Ratu balqis dan rakyatnya yang menyembah matahari ini Allah jelaskan dalam ayat 22-25.  Selanjutnya Nabi Sulaiman memvalidasi kabar tersebut di ayat 27.  Dan proses berkirim surat Nabi Sulaiman dikelaskan di ayat 29-30.

 

Allah berfirman:

قَالَتْ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اِنِّيْٓ اُلْقِيَ اِلَيَّ كِتٰبٌ كَرِيْمٌ

اِنَّهُ مِنْ سُلَيْمٰنَ وَاِنَّهُ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang penting.”    Sesungguhnya (surat) itu berasal dari Sulaiman yang isinya (berbunyi,) “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

No comments:

Post a Comment

Iman itu beramal saleh

Iblis merupakan salah satu makhluk yang Allah ciptakan dari bahan dasar api.  Inggris merupakan makhluk yang sangat taat di kalangan para ma...