Apa yang membuatmu menangis?

Seorang anak kecil membacawa Al Quran dan meletakkanya di rak masjid dengan pandangan menunduk lemas dan terlihat ada linangan air mata.  Anak kecil perempuan itu mengenakan pakaian anak-anak perempuan pada umumnya, dengan kerudung menjulur kebawah berwarna orange gelap.  Langkahnya pelan dan terlihat raut wajah cemas, takut, was-was dan tatapan yang kosong ketika saya melihatnya meletakkan Mushaf Al Quran di rak buku masjid. Kejadian pagi ini tanggal 26 maret 2024 di masjid Al Hidayah trosobo menjelang waktu syuruq.

Ya saya melihat kejadian jelas itu dengan sebelumnya terdengar suara teriakan dari dalam kamar mandi yang menyuruh anak perempuan itu untuk cepat-cepat keluar dan berhati hati saat akan keluar dari kamar mandi.  Ada perempuan tua yang keluar dari kamar mandi wanita dan ternyata adalah nenek dari anak perempuan kecil itu mengutarakan hal tersebut dengan suara tinggi dan terdengar membentak. Saya diawal tidak begitu memperhatikan dan fokus dengan bacaan quran yang saya baca. 

Hari ini saat bulan suci Ramadhan, dimana seharusnya setiap umat muslim baik laki-laki dan perempuan bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang membatalkan puasa, termasuk mengurangi pahala darinya, salah satu hal yang mengurangi pahala puasa adalah marah.  Ketika mendengar itu memang agak sedikit terganggu karena nada yang dilontarkan nenek tersebut cukup membuat orang-orang yang ada disekitar pelataran masjid sekilas menengok kepadanya termasuk saya.  Namun saya masih belum memahami apa yang terjadi.  Seperti peristiwa biasanya di Indonesia, orang tua yang memberikan peringatan kepada anak-anaknya yang berada di kamar mandi biasanya mengingatkan seperti itu namun dengan nada yang berbeda-beda, ada yang lembut, sangat lembut, nada kasih sayang, bahkan ada juga seperti kejadian pagi itu dengan nada kasar, menghardik dan terdengar mengancam.  “Ayo cepat….!!!!!, keluar dari kamar mandi….!!!, kalau sudah hati-hati….!!!! Nanti licin…… !!!! Kamu ini……!!!!!” ya terdengar seperti itu, bisa lebih kasar atau berbeda sedikit namun eksistensinya seperti yang penulis utarakan.

Padahal dengan mengtakan perkataan yang baik dan lembut, apalagi dengan cucunya sendiri, nenek tersebut harusnya bisa sangat melakukanya.  Karena notabenya itu cucunya, darah daging dari anaknya, darah daging dari menantunya.  Mengapa nenek tersebut bertindak demikian? Apa masalah yang dihadapi?, sehingga dengan nada kasar nenek tersebut membuat orang-orang di sekitar pelataran masjid sampai melihat kemangkelan  nenek kepada cucunya.  Apakah kejadian seperti ini sering terjadi di Negara muslim? Atau hanya ada di negri ini saja?.

Momentumnya juga sangat mengikis hati kita yang mendengar kejadian itu karena bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan, dimana berkata baik lebih utama, bersabar lebih utama, dan saling menyayangi lebih utama, karena setiap kebaikan yang dilakukan akan mendapatkan pahala dan basalan yang berlipat di bulan Ramadhan, namun apa yang diperbuat nenek tersebut adalah apa yang dilarang di Bulan Suci Ramadhan, Wallahu A’lam.

Penulis kembali membaca lembaran Al Quran surat Al A’Rof hingga akan memasuki surat At Taubah, namun penulis terdiam karena tiba-tiba suara keras, bentakan yang lebih kuat, dan teriakan kembali terdengar dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya.  Jeda dari kejadian awal hingga kejadian baru itu antara 20-25 menit, karena penulis tidak memperhatikan jam, namun biasanya beberapa lembar dari bacaan quranyang di baca penulis menunjukkan kalau waktu sekitar itu. 

Penulis mencari sumber suara yang berteriak tersebut, ternyata dari luar masjid, terlihat ada seorang wanita yang membonceng anak kecil usia balita dengan mengendarai motor dan memanggil anak perempuan berkerudung orange itu.  Nadanya memang terlihat lebih tinggi sampai ada kata-kata. “ Ooohhh…. Memang anaknya (fulan)…iki.. !!!!!” cepat toh…..!! kalau gak mau tak anterin ke bundamu aja lo….!!!!”.  kiranya itu sepintas yang terdengar.

Ada apa ini?, faktor apa yang membuat seorang nenek semarah itu?, beberapa teriakan dan umpatan terdengar hingga munculah anak perempuan tadi dari sisi jamaah perempuan melalui pintu timur masjid.  Penulis mulai memperhatikan anak perempuan tersebut dan nampak ada raut takut, cemas, dan hal-hal lainya yang bercampur aduk dalam benak anak perempuan kecil tersebut.  Perlahan dia berjalan dengan membawa Al Quran yang berada ditanganya yang didekapkan didada lalu tanpa menoleh kepada kami dan rekan kami di pelataran masjid itu, anak perempuan itu meletakkan Mushaf di rak buku.  Rak berukuran sedang dengan berbagai macam jenis dan ukuran Al Quran yang didalamnya juga ada beberapa buku bacaan dalam bahasa Indonesia, inggris dan arab.  Rak ini semacam perpustakaan mini di masjid kami.

Setelah meletakkan mushaf tersebut anak perempuan itu berlalu meninggalkan kami dan dengan tatapan menunduk yang bercampur aduk.  Rasa hati tak kuat melihat kejadian tersebut. Apa gerangan yang membuatmu menangis nak? Mengapa kamu harus dikembalikan ke bundamu? Apakah bundamu tak bersamamu sekarang?, mengapa nenekmu mengumpat nama (fulan) padamu?, apa yang dilakukan (fulan) pada nenekmu?.  Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepala dan rasanya ingin segera ditanyakan, dan kalau bisa ingin penulis raih tangan anak perempuan tadi dan ingin penulis ajak berbincang. 

La haula walaa quwwata illa billahi, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.  Apa yang bisa penulis lakukan dengan kejadian tersebut?  Saya hanya terdiam dengan membaca Al Quran ditangan. Dari kejadian itu nampaknya jelas kalau anak tersebut sedang ada permasalahan keluarga, antara ibu, nenek, mungkin juga ayahnya dan lainya.  Sehingga kejadian pagi itu harus terjadi.  Mungkin permasalahan rumah tangga antara suami-istri, mertua-menantu adalah hal yang harusnya diselesaikan pada diri mereka masing-masing tanpa melibatkan anak yang tidak tau menau, karena dia juga tidak tahu dari Rahim siapa dia dilahirkan.  Namun pembelajaran dari kejadian ini adalah ilmu tentang parenting , ilmu mengasuh anak, menjaga kesabaran saat ada musibah dan kejadian tidak mengenakkan, dan hal-hal lainya yang berhubungan dengan sikap dan prilaku kita terhadap orang yang lebih muda, tua, sebaya, dikenal dan tak dikenal harus kita bersama pelajari, agar kita mengetahui bagaimana cara berinteraksi, memecahkan masalah dan berkomunikasi yang baik sesuai apa yang Rasulullah ajarkan.  Berkata baik atau diam, menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda, berbicara seperlunya, berbicara dengan nada yang santun dan lembut, dan lain sebgainya yang sudah kita ketahui bersama baik didalam Al Quran maupun Hadist. Ilmu yang didapat itu memang harus dipraktekkan agar kita mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari, baik berinteraksi dengan Allah dan berinteraksi dengan manusia, juga makhluk Allah lainya. 

Ada kabar bahwa nenek tersebut sering mengikuti berbagai macam pengajian, namun kemanakah ilmu yang sudah beliau dapatkan? Hal buruk apa yang beliau dapatkan sehingga, ilmu yang didapat dipengajian sirna saat menghadapi cucunya?, bukan pengajian yang diikuti yang salah, tapi bagimana seseorang yang mengikuti pengajian itu yang mengendalikan dan memanfaatkan ilmu yang didapat untuk bisa dipraktekkan dalam kejadian nyata.  Sangat baik apa yang dilakukan nenek tersebut untuk selalu mengikuti berbagai macam pengajian, namun haruskah seperti itu memperlakukan cucunya?.  Semoga Allah memberikan kepada kita semua hidayah untuk bisa mengamalkan ilmu dan pengetahuan yang kita dapatkan.

Bersikap lemah lembut terhadap keluarga adalah awal membuka pintu kebahagian dan keharmonisan yang nantinya dapat tertular kepada orang lain.  Namun memang butuh latihan dan kesabaran dalam melakukan hal tersebut.  Ada banyak hal yang silih berganti disetiap kejadian yang terjadi dalam menghadapi hari-hari selama hidup di dunia ini.  Tawa, sedih, marah, takut, khawatir, tenang, gembira, dan perasaan lainya yang Allah ciptakan selalu silih berganti mewarnai roda kehidupan dunia, maka sudah sepantasnya dunia ini sebagai “senda gurau”, ”kenikmatan yang melalaikan” kenikmatan yang hanya sebentar” “Istri dan anakmu adalah fitnah dunia” dan lain sebagainya.

Semoga engkau anak perempuan berkurudung orange mendapatkan kasih sayang dari Allah dan Allah kuatkan apa yang sedang menimpamu, semoga nenekmu bisa bertaubat dan bertindak lebih baik lagi padamu, pada adek dan kakakmu dan juga orang-orang disekitarnya.  Dan semoga keluargamu menjadi keluarga yang menjadikanmu anak yang sholehah dan kamu bisa membawa mereka semua ke surga Allah. 

Semoga Allah memberikan kita semua hidayah, yang penulis pikirkan dari kejadian tersebut adalah mungkin yang sedang terluka dan bingung harus berbuat apa adalah anak perempuan berkedung orange tadi saja, namun anak kecil yang dibawa nenek tadi yang lebih belia usianya juga kebingungan dengan kejadian yang menimpa saudaranya itu, atau bahkan dirinya juga seiring bertambahnya usia juga bingung dengan kejadian yang menimpanya.  Ya Allah hambamu mohon perlindungan, hidayah kepada nenek tersebut agar lebih bisa tenang, sabar dan lemah lembut kepada cucu-cucunya. Dan Ya Allah jadikan kedua anak tersebut yakni anaka perempuan berkerudung orange dan anak kecil belia yang dibonceng nenek tersebut Egkau jadikan anak yang Sholih dan Sholihah, yang selalu taat pada perintahMu dan menjauhi segala laranganMu.  Pertemukanlah kami semua Ya Allah di telaga Rasulumu dan masukkanlah kami dengan Rahmatmu kedalam surga Firdausmu.  Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan.

Sidoarjo, 26 Maret 2024

 

Idham Okalaksana

No comments:

Post a Comment

Menjawab 10 pertanyaan

  Oleh: Idham Okalaksana Putra               Ada beberapa pertanyaan dari seroang teman yang menceritakan pengalamanya berbincang deng...