Syahadat adalah sebuah pengakuan dan persaksian
bahwa hanya Allah yang patut dan layak unutuk disembah. Pengakuan tersebut sudah diutarakan semua
manusia sebelum lahir ke dunia. Allah
bertanya “Apakah Aku adalah Tuhanmu?” kita semua menjawab “ Benar, Dan kami
bersaksi atas itu”. اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ؟ قَالَوْ, بَلَى شَهِدْنَا...
Dengan
pertanyaan yang Allah tujukan bagi semua manusia ini sebelum mereka lahir
kedunia ini adalah sebuh pembuktian bahwa, setiap manusia sudah mengakui dan
menyatakan bahwa hanya Allah satu-satunya zat yang wajib disembah. Dialog antara pencipta dan yang diciptakan
ini adalah sebuah gambaran bahwa, makhluk yang diciptakan tidak ada kuasa atas
dirinya sendiri, lahir tanpa sehelai kain, lahir tanpa membawa apapun, lahir
dengan keadaan lemah, lahir dengan bentuk dan kondisi yang sudah ditetapkan
Allah, lahir diperut Ibu yang tidak bisa dipilih siapa ibu yang akan
melahirkannya, dan semua bentuk ketidakmampuan manusia saat lahir merupkan
bentuk kelemahan yang menunjukkan bajwa manusia adalah makluk yang lemah, tak
berdaya, tak kuasa untuk menentukan apa yang mereka kehendaki, karena yang
memiliki hak paten, hak ototiter, hak kepimilikan hanya Allah saja yang punya.
Dari awal kita
diciptakan saja kita tidak dapat berbuat apa-apa, lalu layak kah kita setelah
terlahir didunia ini menyembah selain Dia?.... Walaupun ditetapkan bahwa orang
tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Islam, namun semua itu
tergantung dari diri kita sendiri sebagai manusia. Tanda-tanda untuk berfikir dan semua
informasi tentang Allah dan tentang agama Islam di era yang sangat modern ini
sudah sangat mudah diakses, dan semua orang di dunia juga bisa melihat,
menyaksikan, mendengar, dan merasakan langsung akan apa yang Allah tunjukkan
dengan segala macam tanda baik pada dirinya sendiri, lingkungan dan apa saja
yang dialami selama mereka hidup. Tidak
ada alasan untuk tidak mengenal Allah di zaman sekarang.
Dari hal
tersebut ketentuan yang Allah sudah tetapkan bagi semua manusia untuk mengenal
siapa Tuhanya, harus dan wajib dicari.
Mengapa hal itu perlu dilakukan?...., karena bagaimana mungkin kita yang
diciptakan dengan segala kemampuan yang diberikan Allah tidak tahu Tuhan yang
haru disembah, bagaimana cara menjalani kehidupan ini dengan baik dan benar,
dan semua hal yang menjadi dasar manusia untuk mengenal siapa Tuhanya perlu
segerea dicari. Karena perjalanan hidup
yang dialalui tanpa ada dasar, pondasi, dan petunjuk untuk menjalani kehidupan,
maka apa yang dilakukanya pasti akan menjadi sia-sia, hampa, dan tidak memiliki
nilai baggi dirinya.
Sejatinya dasar
manusia adalah makhluk yang mempunyai rasa bergantung pada dzat yang Maha
Segalanya, karena itu adalah dasar dari diri manusia itu sendiri. Namun celakanya banyak manusia yang tidak
menganggap ada yang menciptakanya, tidak mengetahui siapa yang menciptakan
dirinya, bahkan menyembah sesama makhluk yang tidak memiliki kemampuan terhadap
dirinya sendiri, semisal dia dihancurkan sebagai patung, sebagai sesuatu yang
sirna seperti matahari, dan semua hal
yang tidak akan dapat terhindar dari kelemahan dan kehancuran pasti itu bukan
Tuhan. Lalu apa ya... Syarat menjadi Tuhan ?, bagaimana cara menjadi tuhan?,
dan pertanyaan lainya yang mungkin bisa muncul diberbagai isi kepala setiap
manusia.
Namun semua ini
sudah dijawab Allah dalam surat Al Ikhlas, salah satu surat yang disetiap
ayatnya tidak ada kata Ikhlas didalamnya, surat yang menjadi dasar manusia
untuk mengakui akan ketuhanan Allah surat yang menjelaskan syarat menjadi
Tuhan, Surat yang berada di Juz 30, surat yang hampir seluruh umat islam hafal,
surat yang apabila dibaca seperti membaca 1/3 dari Al Quran, dan surat ini adalah surat yang menjadi kunci
bahwa memang Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dengan segala
ke AgunganNya.
Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa surat ini adalah surat yang turun di
Kota Makkah dan disebut sebagai surat Makkiyah.
Yang terdiri dari 4 ayat yang disebut juga sebagai kumpulan dari Mu’awwidzat
yang disunnhkan untuk dibaca ketika
pagi dan sore hari. Surat ini terdiri 3
susunan surat dengan awal Qul / قَلْyang bermakna “ Katakanlah” yang ditujukan kepada
Rasulullah untuk menyampaikan kepada seluruh umat manusia bahwa perintah untuk
mengatakan tentang keesaan Tuhan berlaku di zaman Rasulullah ada hingga hari
Kiamat. Dibanyak terjemahan sering disebutkan dengan arti “Katakanlah (Hai
Muhammad), yang memang artinya ditujukan kepada Nabi Muhammad sebagai penerima
risalah pertama lalu disampaikan kepada seluruh manusia dikala beliau hidup,
baik mereka yang sudah beriman maupun yang masih kafir. (Untuk lebih detailnya bisa dilihat di Tafsir
Ibnu Katsir dan tafsir lainya, begitu juga Asbabun Nuzul turunya ayat ini dan
asbabul wurudnya, dapat dicari di berbagai sumber yang lebih terpercaya)
Dalam tulisan
ini penulis ingin lebih menekankan bahwa risalh turunya surat Al Ikhlas yang
dan semua surat yang Allah turunkan di dalam Al Quran adalah sebuah kabar
berita yang harus disampaikan, dilanjutkan dan diseberluaskan kepada seluruh
umat manusia dari zaman kita Rasulullah masih hidup, para sahabat, para
tabi’in, para alim ulama, para Mubaligh,diri kita masing-masing, hingga nanti
siapapun orangnya sampai nanti dihari kiamat. Pengumuman dengan terus
menyuarakan dan mengatakan bahwa Allah itu Esa, tunggal, berdiris sendiri,
Allah adalah tempat bergantung segala urusan dunia dan akhirat, Allah yang
tidak beranak dan tidak diperanakan dalam bentuk dan jenis kelamin laki-laki
ataupun perempuan dan Allah yang tidak memiliki kesamaan dengan apapun yang ada
di dunia dalam bentuk zat, sifat dan segalanya, karena Allah adalah yang
menciptakan itu semua dan tidak mungkin pencipta akan sama dengan yang
diciptakan, karena makhluk / yang diciptakan tidak akan mampu dan tidak akan
pernah bisa menyamai dan melampaui pencipta,
sehingga dalam segala aspek yang ada didunia ini adalah mutlak sebagai
bentuk yang Allah ciptakan sesuai dengan kehendakNya dengan bentuk, rupa,
warna, fungsi, manfaat dan banyak lainya yang berbeda-beda yang pastinya
semuanya itu akan selalu mengerucut pada satu Tuhan yang Maha Esa, Sempurna,
Kekal abadi yakni Allah Subhanahu Wata’ala.
Dalam tulisan
ini penulisan berusaha untuk menjelaskan beberapa poin yang sudah lengkap
disebutkan dalam surat Al Ikhlas mengenai syarat dan ketentuan menjadi Tuhan
bagi seluruh Alam yaitu:
1.
اَحَدٌ sebuah bentuk kata dalam bahasa arab yang bermakna “Satu”
yang darinya semua permulaan muncul.
Angka triliyunan akan selalu dimulai dari 1, gambar yang dibuat sebegitu
indahnya dimulai dari 1 titik goresan, kesuksesan dimulai dari 1 langkah
perubahan, berjalan dimulai dari 1 langkah awal hingga terus menerus sehingga
bisa berlari, segala sesuatu yang ada didunia ini dalam bentuk prilaku,
kegiatan aktifitas, dan semua hal akakn dimulai dari satu sumber perlakuan dan
satu sumber itu adalah Allah. Dengan menyebutkan bahwa Allah adalah Satu, dan
satu-satunya Tuhan yang mengurus seluruh alam jagad raya ini. Maka sudah sangat
jelas diayat pertama Allah berfirman dengan قُلْ هَوَ اللهُ أَحَدٌ.
2.
صَمَدٌ, Tempat
bergantung. Bergantung semua jenis hajat
di dunia dan di akhirat. Kaitanya kali
ini Syarat menjadi tuhan adalah setiap yang memiliki problematika dalam urusan
dunia, tuhan wijib bisa menjadi tempat untuk bersandar, mengadu, mencari
solusi, meminta, dan memohon. Ketika tuhan
tidak bisa dijadikan tempat bersandar, maka dia bukan tuhan. Tuhan akan terus menerima kegundah-gulanaan,
kepahitan, masalah, permohonan dan semua hal yang menjadikan setiap manusia
ingin menyadarkan masalahnya, karena tuhan tidak pernah bosan dan marah. Tuhan pasti sangat senang karena hanya 1
sandaran yang menjadi kunci pembuka segala problematika. Berbeda jika bersandar pada manusia
misalkan. Manusia dengan segala
kemampuan dan apa yang dimiliki, jika mengadu masalah satu, dua kali mungkin
bisa menerima, namun jika pengaduan dari manusia lain pada dirinya dilakukan
berulang, pasti dia akan bosan, bahkan marah. “Kenapa kamu ndak berusaha
menyelesaikanya sendiri!....”, mungkin ini yang akan dilontarkan. Jika tuhan
tidak mampu menopang dan menjadi tempat berlabuh dari segala masalah, malahan
dia marah dan bosan dengan hamba yang meminta, “Apakah layak dia disebut Tuhan?”. Maka hanya Allah saja yang memang benar-benar
tuhan yang berhak kita semua bergantung padaNya dengan segala macam
problematika kita. Banyak masalah yang
silih berganti dan pastinya selalu ada tempat untuk bersandar dan menenangkan
diri dari problematika terebut. Maka
Allah saja yang patut untuk dijadikan sandaran.
Sebagai bentuk kasih sayangnya maka Allah memberikan sebuah cara untuk
selalu bisa “berbincang” denganNya yaitu melalui Al Quran. Sejatinya jika seseorang senang membaca Al Quran
maka sejatinya Allah yang Maha Tinggi dan Kuasa atas semua
makhluknya,mengizinkan hambanya untuk “berbincang” denganNya. Pertanyaanya “Apakah
kita sudah membaca Al Quran hari ini?”, sudahkah kita memohon kepada pemilik
alam semesta ini dari permasalahan yang kita hadapi di dunia yang sebentar
ini?. Mari kita jawab masing-masing
dengan terus berdoa, memohon dan membaca Al Quran, karena denganya Allah
sebagai tempat bersandar setiap hamba yang menginginkan jalan keluar, maka
Allah akan hadir dan menolong kita semuanya.
“ Apakah anda masih mau mencari tempat bersandar lainya?”
3.
لَــــــمْ يَلِدْ وَلَــــمْ يُوْلَدُ, Tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Jika tuhan lahir dari
rahim seorang ibu, maka jelas dia bukan tuhan.
Mana mungkin Tuhan yang menciptakan manusia, lahir dari diri
makhluknya. Yang mencipta tidak mungkin
lahir dari yang diciptakan. Yang diciptakan
pasti dibuat oleh yang menciptakan. Segala
apapun yang dilharikan dari perut seorang wanita adalah makhluk baru yang
disebut manusia, diawal kelahiran tidak berdaya, tidak mengenakan apapun, tidak
dapat berbuat apapun, dan tidak dapat menentukan dari rahim siapa dia
dikeluarkan. Degan segala bentuk
kelemahan ini tidak mungkin Tuhan dilahirkan.
Tuhan Maha Perkasa dan Kuat, mana mungkin lemah dan tak berdaya. Kelahiran adalah sebuah proses awal mula
kehidupan seorang manusia, dan Tuhan adalah yang Maha Hidup, Maha Awal dan
Akhir. Manusia pasti mempunyai awal
yakni kelahiran dari rahim ibunya sebagai tanda awal mula kehidupan dan nanti
akan kembali kepada “rahim” di dalam tanah sebagai tempat awal dia diciptakan
dengan unsur-unsur yang ada didalam tanah tersebut, kemudian manusia itu
dinyatakan mati. Yang diberikan hak
untuk beranak adalah ibu karena Allah ciptakan sebuah sistem yang Maha Sempurna
hingga didalam perutnya bisa menyipan makhluk yang Allah ciptakan bernama manusia,
baik nanti yang lahir adalah wanita atau laki-laki. Proses beranak dan diperanakan adalah sebuah
Ilmu yang begitu mendalam mengenai siklus kehidupan. Didalam ayat ini Allah menjelaskan sebuah
pengetahuan yang Maha Sempurna mengenai proses penciptaan manusia, dan menjadi
Sunnatullah, bahwa semua makhluk yang memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat
beranak dan juga melahirkan. Semua ini
dapat kita pelajari didalalm ilmu Biologi, namun informasi ini sudah dijelaskan
Allah dalam surat Al Ikhlas 1400 tahun lalu.
Maha Suci Allah dari apa yang diucapkan oleh para Musyrikin mengenai
Allah mempunyai anak, hingga ucapan itu, menggelegar sehingga seakan langit
terpecah, gunung berhamburan, dan semua makhluk yang ada dialam semesta ini
bergemuruh dari apa yang diprasangkakan kaum musyrikin. Sebagai orang
beriman pasti timbul pertanyaan “ Bagaimana mungkin tuhan lahir dari
manusia yang lemah?,” padahal dia Maha Kuat.
Kalau dia lahir, maka siapa yang menciptakan orang sebelumnya, siapa
yang menciptakan orang yang melahirkan tuhan, siapa bapak atau ibunya? Dan berbagai
macam pertanyaan lainya, sehingga seluruh yang diciptakan sebelum tuhan lahir,
siapa tuhan yang menciptakan seluruh kejadian alam yang sudah ada sebelum tuhan
lahir?, Maha Suci Allah, Maha Benar Allah, Maha Kuasa Allah dan Maha Sempurna
Allah dari segala apa yang dikatakan orang-orang yang mengikarinya. Maka hanya Allah saja yang layak untuk di
sembah, karena Dia Esa, Dia tempat bergantung, Dia yang tidak beranak dan
diperanakan, dan terkhir dari uraian ini syarat menjadi Tuhan adalah....
4.
وَلَـــــمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً اَحَدْ, Yang tiada seorang pun yang
menyamainya. Maka Tuhan pasti berbeda
dengan yang diciptakan, Tuhan tidak sama dalam segi bentuk, warna dan sebagainya,
Tuhan sendiri yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu untuk menentukan apa
saja yang ingin Dia ciptakan terhadap makhluk yang diciptakan. Ketika
Tuhan memiliki kesamaan degan makhluk yang dia ciptakan, sama dalam kelemahan
sebagai makhluk yang butuh makan dan minum, tidur, istirahat, ke pasar dan
segala macam bentuk kelemahan makhluk, maka dia bukan tuhan. Pertanyaanya “
Apakah Tuhan harus menjadi manusia sebagai bentuk penebusan dosa?”, kemana
tuhan jika ada yang membutuhkan di kedalaman lautan, di tengah hutan yang
lebat, di pucuk gunung yang tinggi dan diberbagai belahan bumi dan langit
lainya?, bagaimana mungkin tuhan yang berbentuk manusia bisa menjangkau
seleuruh makhluk di tempat-tempat tersebut?, Apa kendaraanya?, dan berbagai
macam pertanyaan yang melemahkan eksistensi tuhan jika dia adalah manusia. Karena manusia berasal dari مَا dan نِسْيًا yaitu apa-apa
yang membuat lupa atau apa-apa yang terlupan.
Kalau Tuhan adalah manusia, maka jelas dia akan memiliki kelemahan yakni lupa. Lupa adalah fitrah dari seorang manusia
sebagai makhluk. Maka benar Allah adalah
tuhan yang wajib disembah, karena prasayatnya sudah lengkap sebagai Tuhan.
Dari uraian
diatas menjawab sebuah prasyarat menjadi tuhan dengan memiliki poin-poin yang
sudah ditetapkan sebagai syarat menjadi Tuhan.
Tuhan harusla tunggal, esa, atau satu, karena jika ada dualisme atau
lebih dari itu maka akan terjadi banyak kerusakan. Tuhan harus mampu menjadi tempat bergantung
dari segala bentuk kebutuhan makhluknya didunia, seluruh permasalahan
makhluknya tuhan harus mampu menyelesaikanya.
Jika tuhan tidak dapat dijadikan tempat bersandar, maka pada siapalagi
kita harus bersandar. Tuhan tidak dapat
beranak dan diperanakan, karena 2 hal tersebut hanya terjadi pada mahkluk. Dilharikan dan melahirkan adalah fitrah dari
makhluk untuk melanjutkan keberlangsungan hidup keturunan dan jenisnya, maka
Tuhan pasti tidaklah demikian. Dan terakhir
adalah segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit tidak ada yang
menyamainya, tuhan wajib berbeda dengan bentuk yang diciptakan, tidak serupa
dan tidak setara dengan makhluk yang dicipakan.
Maka dari itu semua syarat yang sudah dijelaskan dalam surat Al Ikhlas
adalah sebuah bentuk informasi kepada manusia yang berfikir bahwa syarat
menjadi Tuhan sudah dipenuhi oleh Dzat yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Kuat dan
Maha Segala-galanya yakni Allah Subhanahu Wata’ala.
Hadanallah
Waiyyakum
Wassalamualaikum
Sidoarjo, 27
Ramadhan 1445 H, 7 April 2024 M
Penulis,
Idham Okalaksana
No comments:
Post a Comment