Seiring berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi manusia lebih banyak terbantu dengan adanya fasilitas yang diberikan
untuk membantu segala kegiatan manusia dalam berbagai macam hal. Salah satunya proses untuk mengecek tulisan
hasil karya atau lebih sering dikenal dengan sebutan plagiarism Checker. Adanya aplikasi ini membantu dalam hal
pengecekatan terhadap sebuah karya tulis seseorang, dimana mereka yang menulis
akan mengetahui dimana saja tulisan yang mereka buat dicatat. Maknanya adalah bagi mereka yang menyalin
secara langsung hasil karya tulisan seseorang maka akan sangat mudah untuk
diketahui.
Proses menyalin tulisan seseorang untuk dijadikan
sebuah karya tulisan baik ilmiah ,tulisan opini dan sebagainya memang melanggar
hak cipta terhadap karya tulis yang dibuat.
Namun jika dibuat sebagai sumber bahan rujukan terhadap karya baru yang
merujuk pada tulisan yang ada, menurut hemat penulis itu sah-sah saja. Namun permasalahan terjadi ketika penulis baru
membuat sebuah artikel atau karya ilmiah yang akan dipublish ke Jurnal
Ilmiah. Pertanyaanya, apa saja
masalahnya?.
Permasalahan tersebut penulis dapat dipaparkan
sebegai berikut:
1. Kalimat
atau frase mudah. Maknanya adalah ketika
seseorang ingin menuliskan mengenai suatu pembahasan dengan menggunakan yang
mudah dan familiar dibaca dan didengar orang maka, ketika penulisan itu mulai
di cek, kalimat yang mirip dan sejenis akan langsung terdeteksi oleh system,
sehingga kalimat yang mudah perlu diubah agar menjadi sebuah kalimat lain
sehingga menghilangkan unsur plagiat.
Contohnya: “Saya mau pergi ke pasar.”
Dalam kalimat ini tidak ada yang salah, namun ketika penulis baru mulai
menuliskanya dan dikirimkan ke jurnal nasional atau internasional, hal ini sudah
terbaca sebagai plagiat. Mengapa?. Karena ada penulis yang sudah lebih
terdahulu menuliskan kalimat ini dan sudah diupload terlebih dahulu dalam
jurnal. Maka dari itu solusinya penulis
baru akan membuat frase baru yang mungkin sedikit lebih panjang atau sedikit
lebih rumit agar kalimat yang akan disampaikan tidak terbaca oleh system
sebagai plagiat. Contoh: “Ketika pagi menjelang aku pergi ke pasar dekat rumah.” Dari contoh ini eksistensinya ingin pergi ke
pasar, namun karena pada kalimat yang pertama sudah masuk kategori plagiasi
maka, penulis baru harus menuliskan kalimat seperti contoh ke dua agar system
tidak membaca sebagai plagiat. Lalu apa
kendala berikutnya?
2. Memperpanjang
susunan kalimat. Maknanya adalah seperti
contoh diatas bahwa kalimat “saya mau pergi ke pasar” adalah kalimat yang sudah
masuk kategori blacklist di
system plagiarism checker , sehingga penulis baru haru membuat frase
yang berbeda. Seiring berjalanya waktu
kemungkinan kalimat sederhana tersebut tidak bisa dipakai lagi karena setiap
orang yang ingin menuliskan kalimat sederhana tersebut harus memutar otak agar
tidak terdeteksi. Semakin lama semakin
banyak yang mengupload kalimat yang berbeda untuk tujuan yang sama akan semakin
banyak kalimat yang diperpanjang susunan kalimatnya agar tidak terkena blacklist. Hal ini bertanda bahwa suatu kalimat yang
ingin disampaikan penulis baru, namun sudah dipakai oleh penulis sebelumnya
maka, susunan kalimat yang ingin disampaikan bisa jadi lebih panjang, bahkan
susah untuk dipahami. Contohnya: “Saya mau pergi ke Pasar” ternyata sudah
dipakai penulis terdahulu, sehingga butuh kalimat baru yang memiliki kaitan
yang sama, dengan penulisan yang lebih panjang, sehingga menjadi “Ketika pagi
menjelang aku pergi kepasar dekat rumah.”
Jika kalimat ini ternyata lagi-lagi ada yang sudah mengupload maka
penulis baru harus membuat frase baru lagi yang lebih panjang dan bahkan makin
rumit untuk dipahami, semisal “Perutku sudah mulai terasa lapar, namun
kebutuhan rumah juga mulai menipis, seharunya aku bisa pergi kepasar, namun aku
tidak mengetahui pasar yang mana di daerahku dengan kualitas kebersihan paling
baik.” Dari ini saja mungkin akan nampak
puitis atau hiperbola susunanya, namun hal ini yang memang harus ditulis oleh
penulis baru, padahal penulis baru juga ingin menulis kalimat sederhana saja
seperti contoh diatas “saya mau pergi ke pasar”. Namun karena plagiarism
chehcker susunan kalimat yang ada
harus dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak masuk daftar blacklist.
3. Pemahaman
yang lebih mendalam. Maknanya ada
masalah baru yang harus dipahami oleh pembaca ketika membaca sebuah karya
ilmiah atau artikel yang ditulis penulis baru.
Hal ini karena mereka merasa takut jika tulisanya memiliki kesamaan
dengan penulis yang sudah pernah mengirimkan tulisan terlebih dahulu, sehingga
mereka menyusun kalimat untuk menjelaskan sebuah tema dengan susunan kalimat
yang “ruwet bin jlimet” dalam
bahasa lain bertele-tele, berputar-putar kalimatnya, susah dicerna
tulisanya. Padahal ingin menjelaskan hal
yang mudah namun menjadi sulit untuk dipahami karena hal tersebut.
Lalu apa yang harus
dilakukan penulis baru?.
Untuk solusi jitunya
pastinya perlu membaca berbagai tulisan yang ingin dijadikan referensi
penulisan. Selanjutnya berdiskusi dengan
para ahli seperti dosen dan teman sejawat yang bisa membantu memberikan ide
terhadap penulisan yang lebih terstruktur dan dengan bahasa atau kalimat yang
mudah untuk dipahami. Namun penulis
dalam hal ini memberikan saran bahwa semua orang yang ingin menulis mengetahui
sumber informasi yang berbeda-beda dan juga gaya menulis yang akan lahir dengan
sendirinya seiring dengan banyaknya karya tulis yang ingin mereka terlurkan,
sehingga nantinya bahasa ataupun susunan kalimat yang disajikan akan mengalir
dengan sedirinya sesuai dengan apa yang ada dalam hati, lalu dipikirkan dengan
otak, dan disajikan dalam bentuk tulisan.
Dan pastinya masih
banyak cara jitu lainya yang bisa pembaca lakukan agar tulisan yang ingin
dibuat tidak masuk daftar “B” atau blacklist plagiarism checker. Dalam hal ini penulis ingin berbagi pengalaman
dengan pembaca dan rekan rekan mahasiswa yang mungkin sedang diburu dengan
tulisan karya ilmiah disemua jejang.
Penulis biasanya
akan membaca secara mendalam mengenai tema apa yang akan penulis ingin buat.
Selanjutnya penulis membaca berbagai macam literature yang sejenis yang bisa
menunjang karya tulis ilmiah yang akan di publish. Selanjutnya menentukan 1 karya tulisan yang
cocok sebagai sumber kajian utama untuk segi penulisan yang akan dibuat. Dan
terakhir menggabungkan beberapa referensi yang ada dengan kalimat yang penulis
pahami dan dituangkan dalam tulisan yang nantinya akan dikirim. Terkahir berdoa, semoga tulisanya sedikit
yang kena “B”.
Karena dalam karya
tulis ilmiah biasanya akan dilihat berapa persen plagiat yang bisa masuk dalam
karya tulis. Jadi tidak serta merta
karya tulisan yang sudah di cek semuanya tidak bisa di publish, namun pasti
semua jurnal memiliki ketentuan berapa persen standart minimal karya tulis
tersebut mengambil atau terdeteksi menyalin dari karya orang. Namun penulis yakin para pembaca yang budiman
tidak akan serta merta langsung meng-copypaste karya orang lain. Pasti perlu memahami, membaca, menelaah,
merangkum, dan proses lainya sehingga sebuah karya tulis original bisa lahir. Karena sesuatu yang baik akan keluar dari
pemikiran yang baik pula dan pastinya dilaksanakan dengan cara-cara yang baik.
Mungkin sedikit yang
dapat penulis sampaikan dari apa yang kami alami dalam menulis beberaapa
tulisan dalam artikel, karya ilmiah dan tulisan lepas lainya, semoga dari
tulisan yang sederhana ini dapat membantu para pembaca yang budiman untuk dapat
terus berusaha dan gemar menulis berbagai hal.
Semoga bermanfaat dan jika ada kurangnya kami mohon maaf.
No comments:
Post a Comment