kumpulan hikmah idham 1

DUNIA ISLAM

REPUBLIKA.CO.ID

HomeDunia-IslamHikmah
Hewan pun Berpuasa
Rabu, 22 Juni 2016 | 04:23 WIB

Ramadhan
11
SHARE
     
Oleh: Taufiq Munir



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan hanya umat Muhammad yang berpuasa. Sejarah mencatat, sebelum kedatangan Muhammad, umat Nabi yang lain diwajibkan berpuasa.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulan. Bahkan, nabi Adam alaihissalam diperintahkan untuk tidak memakan buah khuldi, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu. "Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (Al-Baqarah: 35).

Begitu pula Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Juga Nabi Isa. Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa. Nabi Daud alaihissalam sehari berpuasa dan sehari berbuka setiap tahun. Nabi Muhammad saw.  sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura.

Begitu pula, binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya.

Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Ular pun berpuasa. Bagi ular, untuk menjaga struktur kulit, ia harus puasa agar tetap keras agar tetap terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak, ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga.

Jika berpuasa merupakan sunnah thobi'iyyah (sunnah kehidupan) sebagai langkah untuk tetap survive, mengapa manusia tidak? Terlebih lagi jika kewajiban puasa diembankan kepada umat Islam, tentu saja memikili makna filosofis dan hikmah tersendiri.

Karena, ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan, serta melatih diri untuk selalu peka terhadap lingkungan. Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir yang teramat singkat pada ayat 183 surah al-Baqarah.

Allah SWT memerintahkan:  "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa". (QS. Al-Baqarah:183).

Allah SWT mengakhiri ayat tersebut dengan "agar kalian bertakwa". Syekh Musthafa Shodiq al-Rafi'ie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata "takwa" dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan kodrat manusia dari perilaku layaknya binatang. Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain, sekarang atau nanti. Generasi kini atau esok. Wallahu a’lam.















Kondisi Kamar Rasulullah dan Pecahnya Tangisan Umar
Sobih AW Adnan - 18 Juni 2016 03:00 wib
         
Ilustrasi/Pixabay
Metrotvnews.com, Jakarta: Yang amat dijunjung dalam kekerabatan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya ialah prinsip silaturrahmi. Nabi atau sebaliknya menggemari kebiasaan saling kunjung. Mereka saling menanyai kabar dan mendoakan, juga turut membantu sebelum dimintai pertolongan.

Namun kepada Nabi, belum ada sahabat yang dapat leluasa menengok hingga ke ruang paling pribadi. Selain putri dan istri-istri Rasul, keterbukaan beliau tak lantas dimanfaatkan para sahabat untuk mengabaikan akhlak dan penghormatan. Hanya bagi yang telah amat dekat setara Umar ibn Khattab, yang kala itu dapat menengok langsung sang kekasih Allah SWT langsung ke dalam kamarnya.
Baca Juga :
Alquran, Tangis Nabi, dan Suara Merdu Ibnu Mas'ud
Cara Khadijah Tenangkan Nabi Usai Terima Wahyu Pertama
Tawar Menawar Menakjubkan Ala Jarir Ibn Abdillah
BrandconnectDapat Berkah dari Barang Bekas di Bulan Ramadan
Setelah melewati pintu, Umar berhenti. Dilihatlah Nabi yang tengah terbaring di atas tikar usang. Tepinya lapuk, sementara kasarnya rajutan membuatnya membekas di bagian kulit belikat. Umar menjeda, ia memejamkan mata dan menghela napas. Setelah itu, ia kembali menyaksikan Nabi yang hanya berbantal kasar dari kulit samak hingga membekasi kepalanya. Umar menengok kanan kiri kamar, di salah satu pojok dilihat Umar segantang gandum, di bawahnya terdapat qarzh; semacam tetumbuhan untuk menyamak.

Tangisan Umar pun pecah. Betapa ia menyaksikan pemimpin tertinggi umat Islam itu hidup dalam kesederhanaan. Mendengar sedu sedan Al-Faruq, Rasulullah terbangun dan bertanya, "Ihwal apakah yang membuatmu menangis, Wahai Umar?."

Umar menyisakan sesenggukan, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis?, sedangkan tikar itu membekas di belikatmu, sedangkan aku juga tidak melihat apa-apa di lemarimu?. Kisra dan para kaisar duduk di atas tilam emas dan kasur dari beludru dan sutera, dilengkapi pula dengan buah-buahan dan sungai-sungai. Sementara engkau adalah Nabi dan manusia pilihan Allah SWT," kata Umar.

Seperti biasa, Nabi hanya menyunggingkan senyum, lantas berkata, "Wahai sahabatku, Umar ibn Khattab. Kebaikan mereka (para kaisar) telah dipercepat kedatangannya, sementara kebaikan itu pasti terputus (sementara). Sedangkan kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?."

Dengan sigap, sahabat Umar menjawabi, "Aku rela, ya Rasulullah."


Sumber: Disarikan dari hadist riwayat Hakim, Ibnu Hibban, dan Imam Ahmad.









Pesan & Nasehat Kyai Hasan Abdullah Sahal
1.   Dalam hidup, keselarasan antara perkataan dan perbuatan adalah sebuah keniscayaan dan keharusan. Bukankah hal-hal baru yg kita dapatkan adalah hasil dari perbuatan, bukan hanya perkataan. Bukankah yg dimaksud ‘Uswatun Hasanah’ (teladan yg baik) itu berarti ‘menjadi’ bukan sekedar ‘memberi contoh’.
2.      Campakkan kertas ijazahmu kalau hanya menjadi penyakit CARI KERJA…!
3.      Banyak orang bertitel tanpa kualitas, banyak orang berkualitas tanpa titel.
4.      Apa yang tidak bisa kita pelajari ??? Kita semuanya tinggal pada planet yang sama!.
5.    Jangan terkecoh dengan kesombongan kita. Janganlah menjadi manusia yang sombong, hanya karena memiliki satu mata di antara manusia-manusia buta.
6.      Siapapun pimpinannya kelak, jiwa dan cita-cita pondok harus tetap berdiri tegak.
7.      Melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kekosongan alias pengangguran.
8.      Kita hidup untuk bermanfaat bukan memanfaatkan, apalagi dimanfaatkan.
9.     Kalau setelah keluar kalian mengabdi (menyembah) pada kyai, saya akan anggap kalian tidak pernah jadi santri saya.
10.  Kyai Haji tidak pernah jadi Nabi, Kyai Haji juga bukan manusia suci.
11.  Kalau kamu hidup tidak lebih baik dari saya, maka lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya gak usah mati, nambah jatah beras saja.
12.  Pejabat dahulu (Yusuf AS) dari penjara menuju istana, pejabat sekarang (koruptor) dari istana menuju penjara.
13. Kita punya gudang, tapi karena kita tidak membukanya maka kita lupa apa yang kita punya.
14. Carilah, ikuti, temukan dan kerjakan kebenaran, kamu akan menemukan orang-orang yang benar.
15.  Banyak orang berfikir bagaimana hidup yang baik, tetapi mereka lupa berfikir bagaimana mati yang baik.
16. Modern itu watak. Kalau sistemnya kuno, orangnya modern, gak masuk. Dan begitu juga sebaliknya, dan seterusnya.
17. Jangan sampai kamu terkecoh dengan ilmumu, Banyak orang pinter yang sombong dengan keilmuannya.
18. Bercerminlah dengan cermin yang banyak, agar kamu tidak sombong ataupun rendah hati.
19.  Masinis bisa berubah, tapi rel tidak boleh berubah.
20.Kamu boleh membaca raport seseorang sesukamu, tapi jangan sampai kamu membacakan raport orang ke orang lain.
21. Bukan hanya haji yang mabrur, perdagangan juga harus mabrur. Pernikahan juga harus mabrur.
22. Masalah kebangsaan, kita berbicara kemanusiaan. Karena tidak ada manusia yang tak mempunyai bangsa.
23. Kaya itu penting, tapi jangan yang penting kaya; yang penting kaya bisa menghalalkan segala cara. Maka kalau bisa orang itu kaya dan sehat. Sehat itu penting, karena maksiat saja perlu sehat, apalagi ketaatan dan kebaikan perlu kesehatan. Berusalah jadi orang kuat.
24. Hidup itu nikmat dan indah, maka nikmatilah keindahan hidup itu. Yang membuat tidak nikmat itu manusianya. Allah sudah menjadikan semuanya indah di dunia ini. “Dialah yang membuat indah segala sesuatu yang Dia ciptakan”. (Qs. 32: 7).
25. Guru bukan sekedar mengajar ilmu, tapi juga mengajar kehidupan. Kyai yang benar itu ada di pondok 24 jam, 7 hari seminggu, 31 hari sebulan, dst.
26. Pesantren tidak boleh jadi sambilan, mendidik dan mengajar tidak boleh hanya sambilan. Harus totalitas; tenaga, pikiran, hati dan keikhlasan.
27. Kita syukuri kenikmatan ini, dan kita nikmati kesyukuran ini. Jangan sampai kenikmatan kita disyukuri orang lain, atau kesyukuran kita orang lain yang menikmati.
28. Memberi sedekah saat sulit itu bagus, mulia. Memberi sedekah saat lapang itu biasa. Ingat hadist Rasul: “juhdul muqill”, kerja kerasnya orang yang serba terbatas; maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan.
29. Jangan sampai jadi manusia yang tidak punya prestasi. Berprestasilah, dan harus punya unggulan. Berprestasilah dalam kebaikan, kemakrufan dan kebenaran.
30. Dalam berjuang dan berjihad, jang berpikir dapat APA, BERAPA, itu sampah-sampah perjuangan.
31. Tiap orang punya aib, tiap lembaga punya kekurangan. Boleh membaca aib orang, tapi jangan membacakannya. Bedakan














Oleh: Ina Salma Febriany



REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Proses keimanan manusia sejak dimulai dari Nabi Adam as hingga akhir zaman, umat Nabi Muhammad Saw mengalami banyak tantangan dan perubahan. Tantangan yang dimaksud ialah tantangan keimanan; apakah manusia mampu beristiqamah dalam iman dan amal shaleh selepas Nabi penyampai risalah tiada. Sedangkan perubahan yang dimaksud adalah perubahan zaman (masa) dan tempat.

Jika dulu ketika zaman Nabi Adam fase kesesatan manusia (syirik kepada Allah) belum terlihat, maka di zaman Nabi Nuh; tantangan yang dialaminya jauh lebih berat manakala manusia satu persatu meninggalkan Allah dan justeru mengagungkan sesembahan yang mereka yakini mampu mengabulkan seluruh hajat.

Ketika kesesatan demi kesesatan mulai merajalela, seruan terasa diabaikan dan tiada artinya, hanya doa yang mampu terucap dari lisannya; air bah pun tak terhindarkan lagi, melenyapkan apa saja yang ada di darat, kecuali umat yang setia kepada ajakan Nabi Nuh.

Siksaan yang Allah berikan kepada kaum Nabi Nuh sangat logis dan beralasan. Jika kita menyepakati bahwa sebegitu dahsyatnya siksaan Allah pada masa Nabi Nuh, apalagi di zaman yang serba canggih dewasa ini? Tatkala kesyirikan terbungkus dalam bentuk baru-- bukan lagi patung-patung atau sesembahan-- salah satunya harta benda; saat seruan adzan terabaikan dan lebih khusyu oleh gadget bertebaran.

Semakin diabaikan, lama kelamaan keimananpun berkurang atau bahkan nyaris hilang. Karenanya, dilihat dari aspek pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, manusia terbagi menjadi tiga golongan, yakni pertama, golongan yang mendapatkan ni’mat. Kedua, golongan yang mendapat murka. Ketiga, golongan yang sesat.

Dalam perjalanan hidupnya, ada manusia yang mengetahui kebenaran dan tidak. Mereka yang mengetahui kebenaran akan senantiasa melaksanakan kewajiban dan enggan untuk menentangnya. Menjalani kewajiban shalat misalnya. Konsistensi menjaga shalat, baik wudhunya, gerakannya, lafadznya, hingga waktunya inilah yang akan mendapatkan rahmat.

Allah menyucikan dirinya dari hal-hal yang tidak baik serta melimpahkan padanya pahala dan ilmu yang bermanfaat. Sedangkan orang yang sebenarnya mengetahui kebenaran namun ia enggan melaksanakan perintah-perintah Allah, maka ia termasuk orang yang sesat.

Orang yang mendapat murka adalah orang yang tersesat dari hidayah amal. Orang yang tersesat mendapat murka karena kesesatannya dari ilmu yang diketahuinya dan amal yang harus dikerjakannya. Masing-masing dari keduanya sesat dan mendapat murka. Namun, orang yang tidak beramal shaleh padahal ia tahu bahwa itu adalah kebenaran jauh lebih layak mendapatkan murka.

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.”

Alur seruan pertama pada ayat di atas tertuju kepada orang Yahudi dan alur seruan kedua tertuju untuk orang-orang Nasrani. Dalam hal ini, orang Yahudi lebih layak mendapatkan murka sebab mereka tahu kebenaran namun mereka enggan menampakkan apalagi melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.

Diriwayatkan dalam Sunan at-Tirmidzi dan Shahih Ibnu Hibban dari hadits Adi bin Hatim ra dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Orang-orang yahudi adalah orang-orang yang mendapat murka dan orang-orang nasrani adalah orang-orang yang sesat,’

Penyebutan tiga golonan manusia ini mengharuskan pengukuhan kerasulan dan kenabian Muhammad Saw karena klasifikasi manusia kepada tiga golongan ini merupakan realitas yang kasat mata dan klasifikasi inilah yang mengharuskan pengukuhan kerasulan itu, demikian ungkap Syaikh Ibnul Qayyim al Jauziyyah.

Adapun golongan sesat dan murka, keduanya-duanya cenderung mengikuti hawa nafsu yang buruk. Definisi hawa, seperti Syaikh Raghib al-Ashfahani dalam mu’jam mufradat al-fazil Qur’ani (2

















REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Kalau kita menelaah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, kita akan banyak mendapati contoh teladan tentang keagungan seorang manusia. Yang selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah tamah, toleransi, dan jauh dari sifat-sifat serakah serta mau menang sendiri.

Sejak masanya yang paling awal, Nabi SAW menerapkan konsepsi bahwa semua manusia itu bersaudara, harus dihormati sebagaimana adanya, dan dinilai menurut diri mereka sendiri.

Sifat-sifat, perilaku, dan kepribadian Nabi SAW itu kini banyak diungkapkan kembali kaum Muslimin di berbagai pelosok Tanah Air untuk memperingati maulid (kelahiran)-nya. Yang justru banyak dipertanyakan mengapa umat Islam sekarang ini tidak terlihat adanya kasih sayang dan kecintaan sesama umat, seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah kaum Muslimin sudah kehilangan vitalitas untuk mencontoh kehidupan pemimpin besarnya itu.

Karena itu, sangatlah disayangkan bahwa kasih sayang dan persaudaraan yang dengan gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW dan para sahabatnya kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin sekarang ini. Bahkan, yang terlihat berbagai praktek kekerasan, seperti pembunuhan dan main hakim sendiri yang sudah sangat membahayakan dan memprihatinkan semua pihak.

Tentu saja, segala perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan perilaku Nabi sehari-hari. Apalagi bila diingat Nabi SAW diutus Allah ke dunia ini sebagai rahmatan lil alamin dan membawa pesan-pesan universal.

Haruslah diingat prinsip-prinsip keadilan, keamanan, kejujuran, kedermawanan, dan kerja keras seperti dicontohkan Nabi SAW, merupakan gagasan di setiap zaman. Segala prinsip dan cita-cita tersebut dapat diterima, bahkan tengah diperjuangkan oleh seluruh umat manusia di jagad ini. Prinsip-prinsip yang didambakan manusia baik masa kini, masa lalu, dan juga di masa mendatang.

Apa yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa risalah Nabi, sejarah, dan sunahnya, tetap relevan hingga sekarang dan tidak pernah kadaluarsa. Apalagi untuk memperjuangkannya Nabi telah memberikan seperangkat konsep, cita-cita, dan sistem untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi manusia modern.

Sekali lagi, dalam situasi negara yang terpuruk seperti sekarang, mencontoh kehidupan Nabi bisa membantu kita dalam menghadapi berbagai krisis. Kalau Nabi Musa diberikan mukjizat seperti tongkatnya dapat membelah lautan, dan Isa dapat menghidupkan orang mati, tapi mukjizat Nabi Muhammad saw terletak pada pribadinya sendiri. Karena, perilaku Nabi menghimpun segala kesempurnaan yang optimal.

Dalam kaitan ini, Dr Mustafa Mahmud mengatakan, "Muhammad saw sendirilah yang dalam kelakuan, perangai, dan tingkah laku hidupnya merupakan mukjizat yang berjalan di atas permukaan bumi."

Bukankah sifat-sifat Nabi yang pemurah, penyabar, pengasih, selalu bermanis durja, merupakan pribadi yang menjelmakan mukjizat, kata sejarawan Mesir kontemporer itu.

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai sekalian manusia, bershalawatlah kalian kepadanya." (QS Al-Ahzab: 56).

























Jakarta, Gontornews—Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dalam acara Sujud Kesyukuran 90 Tahun Gontor di Masjid Istiqlal (28/5/2016), mengatakan Pimpinan Gontor tidak mewariskan materi tapi yang Gontor wariskan adalah pola kebijaksanaan, kepemimpinan dan nilai-nilai Gontor.

“Pimpinan Pondok tidak mewariskan gedung, bangunan megah, puluhan ribu santri dan sebagainya, kami mengestafetkan tongkat perjuangan,” tutur Kiai Hasan dihadapan puluhan ribu alumi yang memenuhi ruang utama masjid terbesar se-Asia Tenggara ini.

Menurut Kiai Hasan, sekian tahun mendampingi dalam perjuangan Gontor, banyak kebijakan yang dilimpahkan trimurti sehingga sewaktu beliau wafat pondok tetap berjalan seperti biasanya tidak ada keributan anak cucu dan yang lainnya.

Ia mengaku malu kepada trimurti karena belum banyak melakukan perjuangan untuk Pondok Modern Darussalam Gontor. “Kami malu kepada almarhum trimurti, kami belum berbuat apa-apa. Malu kami karena cita-cita masih jauh,” ungkapnya.

Sehingga di usianya ke 90 tahun dan kedepannya, lanjut Kiai Hasan, pondok harus terus berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan para pendirinya. “Pondok harus tetap berjalan seperti kereta api pengemudinya boleh siapa saja tapi relnya tidak boleh berubah,” wejangnya.

Kiai Hasan mengatakan, nilai-nilai Gontor ini jangan sampai ada yang mengubah atau mencoba mengotak-atiknya, bukan bangunan, bukan orangnya. Ajaran Gontor ada tiga hal yaitu pengaturan, aturan dan kedisiplinan. “Ini harus diwariskan kepada generasi mendatang,” ujarnya.

Nilai-nilai Pondok wajib dipertahankan dan dirinya juga wajib menyampaikannya agar tetap menjadi pedoman perjuangan Gontor ke depan. “Ajal tidak tahu kapan tibanya tapi nila-nilai harus terus diwariskan ke generasi selanjutnya. Kami sudah menyampaikannya dan kalian semua menjadi saksinya,” ungkapnya.

Alumni Gontor sebutnya, ada yang menjadi jenderal, prajurit, menteri, pimpinan pondok, dan tokoh di masyarakat. Mereka berhak ikut berjuang dan memperjuangkan nilai-nilai Gontor dengan caranya masing-masing.

“Dulu Gontor sudah mencanangkan napak jejak Sangit, Santineketan, Alighar dan al-Azhar. Belajar dari mereka harus menghilangkan virus-virus yang merusak pondok,” ungkapnya.   [Ahmad Muhajir/DJ]





Jakarta, Gontornews – Pemimpin Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), KH Hasan Abdullah Sahal, mengatakan perjuangan PMDG melalui bidang pendidikan belum usai.

Sebab, ukuran kesuksesan bagi Gontor jika alumninya menjadi pemimpin dunia dan memperjuangkan kepentingan umat Islam.

“Perjalanan Gontor baru sampai Madiun,” papar Kiai Hasan dalam acara sujud syukur memperingati 90 Tahun PMDG di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (28/5).

Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh nasional seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid, Wakil Menteri Luar Negeri RI Abdullah Muhammad Fachir dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Sebelumnya Wapres JK mengatakan dalam sambutannya, Gontor sangat berperan dalam mewarnai segala lini kehidupan masyarakat Indonesia.

“Kalau alumni Gontor sudah menjabat sebagai presiden di dunia, dan menjadi Syaikh al-Azhar, baru kami bangga,” ujar Kiai Hasan di hadapan sekitar 10 ribu alumni yang memenuhi Masjid Istiqlal.

Menurutnya, perjuangan Gontor masih panjang. Sebab, apa yang selama ini dilakukan belum bisa mendahului dan mewujudkan nilai-nilai yang ditanamkan oleh para pendiri Gontor yang akrab disebut Trimurti. [Mohamad Deny Irawa






















Berikan Karyamu, Sebelum Habis Masamu!


Oleh KH Hasan Abdullah Sahal

(Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor)

Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun. (HR Bukhari)
Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bersyukur kepada Allah. Bagi kami, yang sudah berumur enam puluh tahun ke atas ini, setiap tambahan umur adalah kenikmatan dan kesyukuran. Kesyukuran besar bagi saya masih bisa bertatap muka dengan kalian, masih diberi kesempatan untuk berbicara, di depan kalian. Kesempatan haji beberapa bulan yang lalu dan kesempatan umrah kemarin, saya gunakan sebaik mungkin.
Saya doakan semua yang bisa saya doakan. Saya doakan pondok ini, saya doakan Gontor, para kader, guru, dan kalian anak-anakku. Saya teriakkan apa yang saya minta kepada Allah di Multazam. Karena, belum tentu, tahun depan saya masih diberi kesempatan untuk umrah ataupun haji. Atau mungkin ini adalah haji dan umrah saya yang terakhir. Beribadahlah, seakan-akan kalian akan melakukan ibadah yang terakhir.
Ingat hadis Rasul: Syababaka qabla haramika. Saya sudah tidak syabab lagi. Menggiring bola sudah tidak selincah dulu lagi. Menendang bola sudah tidak sekeras dulu lagi. Kemudian Sihhataka qabla saqamika. Saya juga sering sakit-sakitan. Terkadang saya sulit tidur karena sariawan, tapi saya masih bersyukur. Karena lebih baik ndak bisa tidur, daripada ndak bisa bangun. Kalau ndak bisa tidur masih bisa berdzikir, masih bisa wirid, masih bisa beristighfar. Tapi, kalau sudah ndak bisa bangun, sudah ndak bisa berbuat apa-apa lagi.
Ketika masih sehat, tidak bisa makan daging karena masih faqir. Ketika sudah tua dan kaya, tidak boleh makan daging karena faktor kesehatan. Jika kita tidak pandai bersyukur, maka hidup kita akan menjadi sempit. Berkaryalah, sebelum habis masamu! Alhamdulillah, Pondok ini tidak berhenti bergerak. Tidak ada hari tanpa kegiatan dan pergerakan. Kita akan menghadapi banyak kegiatan.
Jangan lambat di waktu cepat. Jangan cepat di waktu lambat. Dalam berjuang kita harus STIR, yaitu Sabar, Tawakkal, Ikhlas, dan Ridha. Orang boleh mengatakan sabar, bila telah berusaha. Orang yang tidak berusaha, bukan orang sabar namanya, tapi orang yang putus asa. Pembangunan fisik terus berjalan, pembangunan kualitas juga terus kita galakkan. Galakkan bahasa kita! Kita galakkan untuk berbahasa menggunakan bahasa perpustakaan. Berusaha untuk menggunakan bahasa kitaby atau bahsty, bukan bahasa sahafy.
Anak-anakku sekalian, musuh Islam sedang gencar-gencarnya memerangi kita, memerangi Muslim. Mereka menghina Islam, menghujat Islam, mendiskreditkan Muslim. Kalau Muslim tidak bergerak melawan, bila Muslim tidak marah, berarti Muslim saat ini, sudah tidak punya hati. Musuh Islam menggunakan otak untuk memerangi kita, tapi mereka tidak menggunakan hati.
Musuh-musuh Islam, untuk bisnis mereka dalam menyerang Islam, mereka mau mengorbankan segalanya. Mengapa kita tidak? Untuk jihad dakwah, li i’laai kalimatillah, kita harus mengorbankan segalanya! Berjuanglah, gerbang surga terbuka lebar!
Anak-anakku, berhati-hatilah! Waspadalah! Orang yang tidak punya harta, akan mencari harta. Orang yang tidak punya muka, akan mencari muka. Orang yang tidak mendapatkan kursi, akan mencari kursi. Kalau kekuasaanmu dan kemampuanmu berpotensi untuk membuatmu berbuat zalim, ingatlah akan kekuasaan dan kemampuan Allah. Kuasa-Nya melebihi segala yang kamu kuasai.
Anak-anakku, berhati-hatilah dalam membaca informasi. Informasi yang beredar di luar belum tentu benar. Informasi yang ada belum tentu yang benar. Perbanyak pengetahuan, perluas wawasan, baru kemudian kalian bisa bebas dalam pikiran. Katakan iya dengan tegas, tanpa keraguan, di saat kalian harus berkata iya. Dan katakan tidak, dengan tegas, tanpa sedikitpun bimbang, di saat kalian harus berkata tidak.
Berkaryalah, sebelum habis masamu! Mall, pusat perbelanjaan, di mana-mana ramai, lapangan juga ramai, bioskop pun ramai. Tetapi, pesantren juga ramai. Masyarakat masih punya harapan, bahwa pesantren masih bisa membangun pendidikan. Pesantren masih menjadi harapan masyarakat, sebagai benteng yang menjaga generasi umat dari kerusakan.
Anak Gontor, adalah anak-anak yang berkemauan keras, pekerja keras. Insya Allah, kalian adalah manusia yang berkualitas. Anak Gontor bisa bertugas apa saja, bisa bertugas di mana saja. Pengurus rayon, pengurus OPPM, para asatidz, mereka dipinjami wewenang dan kewibawaan untuk bertugas di pos-posnya masing-masing, sesuai dengan kapasitasnya.
Direktur mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari Pimpinan untuk mengatur jalannya pengajaran dan pendidikan. Pimpinan mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari Badan Wakaf. Anggota Badan Wakaf juga mendapat wewenang, wibawa, dan amanat dari Trimurti dan umat Islam untuk meneruskan perjuangan Pondok ini.
Kita semua juga dipinjami kekayaan, kepintaran, keterampilan, kesehatan dari Allah. Suatu saat nanti akan dicabut oleh Sang Pemilik Segalanya. Maka, jangan mengatakan “saya adalah”, tapi katakan “saya hanyalah”. Yang mendirikan Kerajaan Majapahit bukan Raden Wijaya, bukan Hayam Wuruk, bukan Gajah Mada, tapi yang mendirikan Kerajaan Majapahit adalah tukang batu, tukang kayu.
Kehidupan ini penuh dengan kebersamaan. Mereka yang egois akan terpental, akan terbuang, akan tersingkirkan oleh kebersamaan. Kalian adalah anak-anak yang kuat, apalagi jika kalian bersatu, melangkah bersama. Kalian akan menjadi generasi yang kuat. Kita teruskan pola pendidikan ini! Agar pesantren bisa menjadi benteng-benteng nilai dan jiwa yang Islami. Pesantren yang bebas, pesantren yang anti-intervensi! Pertahankan struktur dan kultur pondok yang telah ditancapkan ini! Tidak cukup untuk menjadi manusia yang besar, kita harus tinggi!
Pesan & Nasehat Kyai Hasan Abdullah Sahal
1.   Dalam hidup, keselarasan antara perkataan dan perbuatan adalah sebuah keniscayaan dan keharusan. Bukankah hal-hal baru yg kita dapatkan adalah hasil dari perbuatan, bukan hanya perkataan. Bukankah yg dimaksud ‘Uswatun Hasanah’ (teladan yg baik) itu berarti ‘menjadi’ bukan sekedar ‘memberi contoh’.
2.      Campakkan kertas ijazahmu kalau hanya menjadi penyakit CARI KERJA…!
3.      Banyak orang bertitel tanpa kualitas, banyak orang berkualitas tanpa titel.
4.      Apa yang tidak bisa kita pelajari ??? Kita semuanya tinggal pada planet yang sama!.
5.    Jangan terkecoh dengan kesombongan kita. Janganlah menjadi manusia yang sombong, hanya karena memiliki satu mata di antara manusia-manusia buta.
6.      Siapapun pimpinannya kelak, jiwa dan cita-cita pondok harus tetap berdiri tegak.
7.      Melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kekosongan alias pengangguran.
8.      Kita hidup untuk bermanfaat bukan memanfaatkan, apalagi dimanfaatkan.
9.     Kalau setelah keluar kalian mengabdi (menyembah) pada kyai, saya akan anggap kalian tidak pernah jadi santri saya.
10.  Kyai Haji tidak pernah jadi Nabi, Kyai Haji juga bukan manusia suci.
11.  Kalau kamu hidup tidak lebih baik dari saya, maka lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya gak usah mati, nambah jatah beras saja.
12.  Pejabat dahulu (Yusuf AS) dari penjara menuju istana, pejabat sekarang (koruptor) dari istana menuju penjara.
13. Kita punya gudang, tapi karena kita tidak membukanya maka kita lupa apa yang kita punya.
14. Carilah, ikuti, temukan dan kerjakan kebenaran, kamu akan menemukan orang-orang yang benar.
15.  Banyak orang berfikir bagaimana hidup yang baik, tetapi mereka lupa berfikir bagaimana mati yang baik.
16. Modern itu watak. Kalau sistemnya kuno, orangnya modern, gak masuk. Dan begitu juga sebaliknya, dan seterusnya.
17. Jangan sampai kamu terkecoh dengan ilmumu, Banyak orang pinter yang sombong dengan keilmuannya.
18. Bercerminlah dengan cermin yang banyak, agar kamu tidak sombong ataupun rendah hati.
19.  Masinis bisa berubah, tapi rel tidak boleh berubah.
20.Kamu boleh membaca raport seseorang sesukamu, tapi jangan sampai kamu membacakan raport orang ke orang lain.
21. Bukan hanya haji yang mabrur, perdagangan juga harus mabrur. Pernikahan juga harus mabrur.
22. Masalah kebangsaan, kita berbicara kemanusiaan. Karena tidak ada manusia yang tak mempunyai bangsa.
23. Kaya itu penting, tapi jangan yang penting kaya; yang penting kaya bisa menghalalkan segala cara. Maka kalau bisa orang itu kaya dan sehat. Sehat itu penting, karena maksiat saja perlu sehat, apalagi ketaatan dan kebaikan perlu kesehatan. Berusalah jadi orang kuat.
24. Hidup itu nikmat dan indah, maka nikmatilah keindahan hidup itu. Yang membuat tidak nikmat itu manusianya. Allah sudah menjadikan semuanya indah di dunia ini. “Dialah yang membuat indah segala sesuatu yang Dia ciptakan”. (Qs. 32: 7).
25. Guru bukan sekedar mengajar ilmu, tapi juga mengajar kehidupan. Kyai yang benar itu ada di pondok 24 jam, 7 hari seminggu, 31 hari sebulan, dst.
26. Pesantren tidak boleh jadi sambilan, mendidik dan mengajar tidak boleh hanya sambilan. Harus totalitas; tenaga, pikiran, hati dan keikhlasan.
27. Kita syukuri kenikmatan ini, dan kita nikmati kesyukuran ini. Jangan sampai kenikmatan kita disyukuri orang lain, atau kesyukuran kita orang lain yang menikmati.
28. Memberi sedekah saat sulit itu bagus, mulia. Memberi sedekah saat lapang itu biasa. Ingat hadist Rasul: “juhdul muqill”, kerja kerasnya orang yang serba terbatas; maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan.
29. Jangan sampai jadi manusia yang tidak punya prestasi. Berprestasilah, dan harus punya unggulan. Berprestasilah dalam kebaikan, kemakrufan dan kebenaran.
30. Dalam berjuang dan berjihad, jang berpikir dapat APA, BERAPA, itu sampah-sampah perjuangan.
31. Tiap orang punya aib, tiap lembaga punya kekurangan. Boleh membaca aib orang, tapi jangan membacakannya. Bedakan






palingseru.com – Siapa yang tak suka dengan buahan manis satu ini. Terlebih saat bulan puasa Ramadhan saat ini, kurma lah yang menjadi incaran umat Muslim karena khasiat yang ada di dalam kurma ini sangat baik bagi kesehatan manusia.

Bahkan, mengonsumsi kurma saat berbuka puasa adalah sunnah. Bicara soal kurma, terdapat kisah menggelitik antara Nabi Muhammad dengan menantunya, Ali bin Abi Thalib.

Ini Kisahnya

Dilansir Beritagar.id, suatu ketika, Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang kumpul bersama dan sambil menikmati buah kurma yang tersaji di depan mereka. Setiap kali mereka makan kurma, biji-biji sisanya mereka letakkan di tempatnya masing-masing.

Kemudian sahabat Ali yang duduk tepat di samping Rasulullah tanpa sadar telah menghabiskan cukup banyak kurma. Sehingga biji-biji kurma yang ada di tempatnya menumpuk lebih banyak dibandingkan tempat sahabat yang lain, termasuk milik Rasulullah.

Hal itu pun membuat sahabat Ali malu dan ia mencoba memindahkan biji-biji kurma miliknya ke tempat biji kurma milik Rasulullah secara diam-diam.

Alhasil, tempat biji kurma Rasulullah menjadi lebih banyak. Hal inilah yang membuat Ali menggoda Rasulullah.

Ali mengatakan, “Wahai Nabi tampaknya engkau begitu lapar. Sehingga makan kurma begitu banyak. Lihat biji kurma di tempatmu menumpuk begitu banyak.”

Mendengar perkataan itu, Rasulullah bukannya terkejut atau marah, melainkan tersenyum dan membalas godaan itu dengan kata seperti ini,  “Ali, tampaknya kamulah yang sangat lapar. Sehingga engkau makan berikut biji kurmanya. Lihatlah, tak ada biji tersisa di depanmu.”

Jawaban dari Rasulullah ini langsung mengundang gelak tawa dari para sahabat lainnya.

Sultan muhammad al fatih.
Pada zamanya sultan muhammad al fatih adalah sebaik baiknya pemimpin dan sebaik baiknya pasukan dalam memimpin penaklukan konstatinopel.  Dia di didik oleh pendidikan agama islam.  Kepada gurunya di didik dengan tegas. Karena ayahnya berpesan kuserahkan anakku kepadamu disiklah anakku dengan tegas dan berilah pelajaran padanya jika dia berbuat salah, pukulah dia jika melanggat syariat agama. Demi Allah aku ingin menjadikan anakku sebagi orang yang kuat, bukan lemah dan hanya bergantung pada orang tuanya atau orang lain. Aku ingin anakku kuat berkat pondasi yg kuat dan berkat ajaran yg tegas. Tidak cengeng terhadap hiruk pikuk permasalahan keduniawiyaan."
Jangan memukul anakmu nanti dia sukses. Judul yg dibawan oleh ust fadli.
Kembali ke tema. Bahwa sultan muhammad al fatih suatu ketika di tampar sekencang kencangnya oleh ust nya yg bernama hasanudin. Tamparan itu memberikan bekas yang sangat mendalam di hati al fatih, karena tanpa kesalahan yg di lakukanya, gurunya menampar al fatih.  Dalam hatinya bertanya mengapa gurunya tega menampar nya dan pergi meninggalkanya tanpa alasan yang jelas.
Maka ketika al fatih tumbuh dewasa, dia mulao memberanikan dirinya menanyakan perihal kejadian yang dia alami kala itu. "wahai guruku masih ingatkah engkau akan tamparan kala itu. Dimana aku tak berbuat salah, namun engkau tampar aku dengan sekencang kencangnya tamparan. Wahai guruku aku merasa terdzollimi karena hal itu. Apakah penjelasan yang dapat guru terangkan mengenai kejadian itu.
Maka sang guru ( ust hasanudin) berkata dengan lembut dan penih kasih sayang.
Wahai muridku pertanyaan darimulah yang sangat kutunggu tunggu, dan alhamdulullah sekian lama aku menunggunya barulah sekarang engkau mengungkapkanya. Wahai muridku sekarang ini engkau telah menjadi pemimpin besar. Yang memimpun rakyat yang berjumlah banyak. Janganlah engkau berbuat dzolim wahai muridku.
Al fatih semakin tidak mengerti maksud gurunya.
Gurunya pun menjelaskan. Wahai muridku. Engkau masih mengingat dengan sangat jelas dan detail bagaimana tamparan ke dzoliman yang aku perbuat kepdamu kala itu. Tamparan yg aku lakukan padahal engkau tak berbuat kesalahan. Tamparan yg masih membekas sampai kau sudah menjadi seorang pemimpin besar umat islam.
Itulah sebuah pelajaran wahai muridku. Bagaimana kedzoliman kecil membuat engkau selalu mengingatnya sampai sekarang. Itu hanya sebuah tamparan kepadamu dan engkau merasa terdzolimi, bagaiman jika itu terjadi padamu sebagai pemimpin sekarang ini. Jika engkau berbuat dzolim, maka perbuatanya dzolimu pada rakyatmu akan selalu yerkenang sepanjang hidupnya.. Maka wahai muridku berusahalah sekuat mungkin untuk tidak berbuat dzolim kepada siapapun, sekecil apapun, karena itu akan berbekas padanya.
Al fatih saja, seorang pemimpin besar pernah di pukul untuk meluruskan pemahamanya oleh gurunya,  seperti yg diajarkan islam bertindak dg ketegasan bukan kekerasan. Bila ketegasan akan dibarengi dengan penjelasan dan bila kekerasan meninggalkan bekas tanpa penjelasan
Wahai para orang tua. Kita masih teringatvtentang berita yang beredar di indonesia bagaimana seorang guru dipenjara karena mencubit siswanya.  Orang tua siswa ini seorang polisi yg mengerti akan hukum. Bukan mengecilakn para polisi atau mengangkat guru tersebut. Namun marilah sama sama kita renungkan.  Al fatih saja, bisa berhasil berkat tamparan keras gurunya. Karena dg tamparan itu dia mwndapatkan kwsuksesanya walaupun dia kal itu tidak pernah membalas, menghujat bahkan membenci gurunya. Dia baru berani melontarkan pertanyaan tentang tamparan gurunya setelah menjadi sukses.
Nah ini baru di cubit lapor ke orang tuanya. Gak terima masuk penjara. Sungguh bagaimana harus mendidik generasi sekarang. Dengan perkembangan yg makin tidak dapat dihalau. Dg teknologi yang semakin csnggih, dan moral anak makin tidak karuan. Kita tega dengan sebuah tindakan tegasvdsri guru kepada anak kita dan menjeratnya ke penjara.
Maka jangan pukul anakmu nanti dia akan sukses. Sebuah judul yang singkat sesikit membingungkan tapi dalam maknanya. Karena bila kita tidak meluruskan anak kita jika bersalah. Dengan perkataan, dengan pukulan atau dengan doa maka anak kita tidak akan menjadi apa apa. Hanya seutas daging yabg di beri nama. Itulah yg akan terjadi.
Maka jangan sampai pada akhirnya kita dituntut balik oleh para tenaga pendidik. Mungkin suatu saat akan muncul perkataan dsri mereka para guru, " kalau tidak mau ikut peraturan pendidikan yang kami buat silahkan didik anakmu sendiri. Buat rapot sendiri dan buat ujazah anakmu sendiri". Mungkin ini kata katanya atau bahkan bisa lebih dari itu.
Maka dari itu. Wahai para orang tua wali. Kita tidak membenarkan tindak kekerasan kepada anak, namun jika tanpa ada ketegasan mau jadibapa anak kita nanti. Di era globalisasi yg semkin amburadul ini, apakah kita tega min lihat mental anak kita nantinya tidak ada ygvmemiliki akhlak, mental dan kepribadian tangguh seperti zaman para sahabat, para pemimpin besar umat seperti al fatih dan lain sebagainya.
Sekalai lagi mendidik dengan ketegasan selalu meninggalkan penjelasan. Dan mendidik dengan kekerasan akan meninggalkan bekas tanpa penyelesaian.
Mari kita sama sama memohon kepada Allah agar di permudah dalam kendisik generasi islam kedepanya, dengan segala macam rintangan, tindakan, perlakuan. Sikap dan tertama doa agat krlak anak anak kita semua menjadi generasi yang kuat, kuat mental dan fisik untuk menghadapi gempuran pehelakan zaman yang makin memprihatinkan ini.
Mari bersama kita membaca Al fatihah.
wahai para guru, orang tua dan seluruh pihak yang ikut ambil andil dalam mendisik anak, maka judul  " jangan pukul anakmu nanti dia sukses" silahkan direnungkan sendiri sendir penjabaran lengkapanya, hanya pada Allah segala bentuk kebenaran, dan mohon maaf atas segala kwsalahan ucapan dan tindakan saya kepada antum semuanya.
hanya pada Allah saya menyembah dan hanya pada Allah saya mohon pertolongan
Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment

Menjawab 10 pertanyaan

  Oleh: Idham Okalaksana Putra               Ada beberapa pertanyaan dari seroang teman yang menceritakan pengalamanya berbincang deng...