Iman itu beramal saleh

Iblis merupakan salah satu makhluk yang Allah ciptakan dari bahan dasar api.  Inggris merupakan makhluk yang sangat taat di kalangan para malaikat bahkan dia pada mulanya adalah makhluk yang ketaatannya tinggi kepada Allah.  Dia disebut sebagai penghulu dari para malaikat.  Karena ketaatannya kepada Allah hingga dari sejengkal bumi dan juga tempat yang paling tinggi di langit tidak pernah iblis luput daripada ibadah kepada Allah.  Namun ketaatan itu mulai diuji pada suatu masa ketika ada perintah dari Allah subhanahu wa ta'ala untuk menundukkan wajahnya kepada Adam,  Adam merupakan makhluk baru yang Allah ciptakan dari tanah, makhluk baru yang bahan dasarnya bisa jadi lebih rendah dari pada api.

Perintah sujud yang Allah perintahkan kepada iblis sebagai bentuk bahwasanya Apakah dia benar-benar beribadah tulus kepada Allah diuji dengan perintah untuk sujud kepada Adam.  Dengan perintah Allah subhanahu wa ta'ala itu iblis enggan dan dia membesarkan diri, maka adalah dia menjadi kafir.  Membesarkan diri dan enggan merupakan satu sifat kejahatan pertama daripada makhluk yang Allah ciptakan yang kita kenal dengan istilah sombong.  Dalam konteks ilahi maka bagi mereka yang tidak disiplin dengan perintah Allah Subhanahu Wa ta'ala dia adalah kafir. 

Kafir bermakna menutup diri daripada apa yang Allah perintahkan, menutup daripada sumber kebaikan, menutup untuk menerima, dan menutup daripada hidayah yang Allah berikan.  Kafir, habis perkara bagi iblis ketika dia tidak melakukan apa yang Allah perintahkan untuk sujud kepada Adam.  Maka pengakuan iblis yang selama ini dia lakukan tentang mengesakan Allah tidak lagi berfaedah bagi dirinya.  Pengakuan iblis yang digaungkan sejak dia diciptakan hingga perintah turun kepadanya untuk sujud kepada Adam menjadi satu tolak ukur bahwasanya pengakuannya tidak diikuti oleh ketaatan.  Pada saat perintah turun kepadanya, pada suatu masa yang jauh sebelum kita ada sekarang ini, dan dari sini kita belajar bahwasanya keimanan itu adalah selalu beriringan dengan amal kebaikan.  Keimanan itu akan terkesinambungan dengan amal dan juga pelaksanaan dalam bentuk ketaatan yang dilakukan oleh seluruh gerak kering tubuh dalam bentuk perbuatan, ucapan, tingkah laku, dan juga pribadi yang menunjukkan diri sebagai orang yang beriman. 

Ketika pelanggaran pada satu masa yang jauh ya itu menyombongkan diri, enggan untuk taat kepada perintah Allah untuk melakukan apapun yang Allah inginkan kepada makhlukNya, maka dari padanya jatuhlah dia sebagai orang yang kafir yang menutup diri daripada Hidayah dan ketentuan Allah.  Wajar saja ketika abu bakar khalifah rasulullah yang pertama melakukan peperangan yang dilakukan terhadap mereka yang enggan melaksanakan zakat adalah sebuah bentuk keimanan yang kuat kepada Allah untuk tidak memilah dan memilih apa saja yang baik untuk dirinya dia kerjakan, namun kiranya perintah dari Allah itu tidak dia inginkan atau enggan mengerjakannya maka ditolaknya.  Keimanan tidak hanya diucapkan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, bukanlah sesuatu yang diucapkan dari mulut saja namun harus didasarkan juga dengan tindakan dan juga perbuatan yang nyata, dan setelah itu ditancapkan dalam diri masing-masing keimanan itu.  

Dalam kisah yang kita ketahui bersama ketika ada dari kalangan muslimin yang enggan membayar zakat maka sahabat Umar mencoba menghalangi apa yang ingin dilakukan abu bakar untuk memerangi orang-orang yang membayar zakat. Maka dari itu abu bakar menjawab,"demi Allah, Saya tidak mau memperbeda-bedakan orang yang meninggalkan sembahyang dengan yang enggan mengeluarkan zakat".  Mereka yang mengakui dirinya beriman, percaya kepada keesaan Allah, percaya kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, cuma meminta dikecualikan untuk tidak membayar zakat.  Maka khalifah kalau itu memberikan peringatan, namun yang terjadi adalah pertentangan yang ditimbulkan dengan perlawanan berupa kekerasan, diangkatnya senjata untuk memberontak, sehingga kalau itu diperangi dan dikalahkan oleh kaum muslim yang tetap beriman yang ingin tetap membayar zakat sebagai pondasi daripada rukun Islam.  Maka bagi mereka yang enggan untuk membayar zakat dikatakan bagi mereka termasuk dalam orang-orang yang mengikuti barisan Orang yang enggan untuk mengikuti berita Allah untuk sujud kepada Adam maka itulah iblis. 

Jika kita memiliki pikiran dan merenungkan agama Islam ini secara mendalam tentu tidak akan dapat berpikir lain daripada hal yang semacam itu, nggak nih mengakui bahwasanya diri menjadi bersiap harus taat kepada perintah dan tidak mengerjakan apa yang dilarang, jika merasa diri kita adalah orang yang berislam maka layaknya perintah itu dikerjakan dan juga harus berbangga diri karena meninggalkan larangan.  Mengakui bahwasanya kita adalah sebagian daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam,  padahal apa yang Allah perintahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak menjadi hal yang dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari, mungkinkah orang semacam ini disebut dengan orang Islam?   Padahal Islam itu berarti taat dan menyerah?.

Apakah susunan yang sudah kita ketahui bersama bahwasanya orang baik itu adalah mereka yang taat, Orang alim adalah orang yang patuh dan tunduk, berubah menjadi pikiran yang tidak sehat lagi dengan mengatakan bahwasanya orang bebal dinamai dengan orang alim,  orang yang durhaka dinamai dengan orang taat, dan orang-orang yang berdusta dinamai benar?, coba kita olah kembali agar  pikiran kembali kepada fitrah kebenaran.  Cobalah tanyakan pada hati kita masing-masing ketika kita memikirkan hal-hal semacam ini, apakah hati kita berkata bahwa singa ini adalah terlalu berat, mengatakan bahwasanya Apakah kita tidak diakui sebagai orang berislam ketika kita melakukan tindakan di luar akal sehat, dan kita ingin tetap dikatakan orang berislam, padahal ketika kita merasa berat untuk tidak melaksanakan perintah Allah dan dengan senang hati melaksanakan apa yang dilarang olehnya, maka sejatinya ini menjadi sebuah pertanyaan batin yang pasti mengguncang kita dan menjadi sebuah bukti bahwasanya kita telah bertambah jauh dari Islam. 

Tetapi apabila kita berkata memanglah seperti ini jalan yang harus ditempuh ketika kita sudah bersyahadat sudah berislam dan pasrah kepada apa yang sudah disyariatkan.  Sehingga jelas maka Apa gunanya pengakuan jika tidak diiringi dengan perbuatan.  Ini merupakan alamat dari lemahnya jiwa, yang tidak dapat dikendalikan oleh diri, sebab daripada itu saya sebagai penulis mencoba untuk berlatih menjadi seorang yang berislam yang sebenar-benarnya.  Dengan begitu maka dekatlah kita semua kepada tujuan dalam hidup sebagai pemangku keyakinan diri kita masing-masing yang mengaku bahwasannya kita menjadi seorang muslim.  

Hubungan diantara keimanan dan juga amal saleh adalah hubungan diantara Budi dan perangai.  Dalam undang-undang Budi sesuatu yang tinggi hendaklah dilatihkan supaya menjadi perang ini dan juga kebiasaan. Ketika kita mengakui keesaan Allah Subhanahu Wa ta'ala, dan juga rukun iman yang lainnya maka layaknya kita harus secara sadar diri untuk mendorong mencari segala macam perbuatan-perbuatan yang diterima dengan rela oleh Allah.  Karena bagi orang-orang yang beriman pastilah mereka akan tahu suatu saat nanti dia akan berjumpa dengan penciptanya.  Dengan begitu niscaya dalam setiap pekerjaan yang dilaluinya dalam hidup yang ditempuh akan selalu mencari jalan yang lurus.  Seperti halnya yang mengaku bahwasanya dirinya adalah seorang yang gagah berani harus dibuktikan dengan keberaniannya dengan melawan dan juga membunuh yang dilakukan di dalam kancah peperangan.   Begitu pula yang mengaku bahwasanya dirinya adalah seorang yang dermawan, pastinya dia akan mencari lubang-lubang yang harus ditutupi daripada lubang-lubang kemiskinan yang ada di sekitarnya dengan harta bendanya, dan juga bagi mereka yang ingin dikatakan sebagai orang yang jujur dan amanah maka tidak ada dalam perkataannya suatu perkara yang bercampur dengan kebohongan dan penghianatan. 


Tidaklah masuk dalam akal pikiran kita suatu agama yang begitu luhur yang maksudnya membawa kepada setiap manusia kepada derajat yang sempurna namun di dalamnya ada hal-hal yang meruntuhkannya dengan tidak melakukan kebaikan-kebaikan.


Sidoarjo 1 April 2025 yang bertepatan dengan dua Syawal 1446 Hijriyah. 


Tulisan ini dimuat daripada menghayati apa yang sudah ditulis oleh almarhum Kyai haji Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul pelajaran agama Islam dimulai dari halaman 362 sampai halaman 364.

No comments:

Post a Comment

Iman itu beramal saleh

Iblis merupakan salah satu makhluk yang Allah ciptakan dari bahan dasar api.  Inggris merupakan makhluk yang sangat taat di kalangan para ma...